A. Aliran Klasik
Aliran-aliran
klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan
walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan
zaman.
1.
Aliran
Empirisme
Aliran
empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan
sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa
dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. (Tirtahardja,
2005)
Menurut
konsepsi empirisme ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik
menjadi apa yang diinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya,
seperti ahli patung yang memahat patung dari kayu, batu, atau bahkan lainnya
sesuka hatinya. (Tim, 2008)
2.
Aliran
Nativisme
Aliran ini ditokohi
Schopenhauwer(Jerman: 1788-1860) berpendapat bahwa berpendapat bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan
dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak Potensi yang dibawa
sejak lahir sepenuhnya akan mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan
menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat
sekalipun diperlukan pendidikan , pendidkan tersebut hanya bertujuan untuk
memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir.(Bintarinoors,
2008)
3.
Aliran
Naturalisme
Aliran ini
dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru
dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena
dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat
merusak pembawaan baik anak itu. (Tirtahardja, 2005)
Anak-anak
harus dididik sesuai dengan alamnya. Jangan dididik seperti orang dewasa
menurut ukuran-ukuran orang dewasa. Tindakan terbaik yang dapat dilakukan orang
tua dan guru bagi anak ialah membiarkannya untuk memperoleh kesenangan dan
pilihannya secara alamiah. Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak
ialah tidak berbuat sesuatu terhadap mereka, membiarkan mereka bersama alam
ialah tindakan belajar-mengajar. (Bintarinoors, 2008)
4.
Aliran
Konvergensi
Tokoh aliran
ini William Stern (Jerman: 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir
telah membawa pembawaan atau potensi-potensi, namun dalam perkembangan
selanjutnya ditentukan bersama baik oleh pembawaan maupun lingkungan atau
pendidikan. Konvergensi dalam teori pendidikan berarti bertemunya bakat dan
pengaruh lingkungan sehingga apa yang kita lihat pada anak merupakan pertemuan
ini. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di
atas antara nativisme dan empirisme (Tim, 2008). Pembawaan tidak akan
berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau
lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berhasil
dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
Proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama
mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk
perkembangan anak itu.
Pengaruh
aliran klasik terhadap pemikiran praktek pendidikan di Indonesia.
Di Indonesia telah ditetapkan berbagai aliran – aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun ditempatkan dalam aliran latar pandangan yang konvergensi.
Di Indonesia telah ditetapkan berbagai aliran – aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun ditempatkan dalam aliran latar pandangan yang konvergensi.
B.
Gerakan Baru
dalam Dunia Pendidikan
Gerakan-gerakan
baru pendidikan memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas
kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan seperti sebagai berikut.
1. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan
sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah
Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan
Het Voll Leven. (Usman, 2011)
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar adalah:
a.
menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan ialah
kemampuan dan tingkat perkembangan anak;
b.
persiapan perlu dilakukan, baik persiapan guru maupun persiapan
murid;
c.
jika langkah pelaksanaan tela ditangani dengan baik,
maka pelaksaan pengamatan dapat berjalan dengan lancar; dan
d.
langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar
proses kegiatan pengamatan itu sendiri. (Extraordinary, 2012)
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat
minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan
dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode
Global dan Centre d’interest. (Sucipto, 2010)
Asas-asas pengajaran pusat perhatian
adalah:
a.
pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak alam
hidup dan perkembangannya;
b.
setiap beban pengajaran harus merupakan keseuruhan,
tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan
ikatan bagian itu;
c.
hubungan eseluruhan itu adalah hubungan simbiosis;
d.
anak dodorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan
didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan
bertanggung jawab; dan
e.
harus ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan
keluarga. (Tim, 2008)
3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat
dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. (Usman,
2011)
Tujuan sekolah kerja menurut
G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
a.
menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang
dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri;
b.
agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran
tertentu; dan
c.
agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan
jabatan dalam mengabdi negara. (Extraordinary, 2012)
Kereschenteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah
mempersiapkan anka-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan
yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar:
a.
sekolah-sekolah perindustrian;
b.
sekolah-sekolah perdagangan; dan
c.
sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para
calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik. (Tim, 2008)
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan
nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama
makin penting, utamanya masyarakat maju. (Tirtahardja, 2005)
Langkah-langkah pokok pengajaran
proyek adalah:
a.
persiapan, yakni penetapan masalah yang akan dibahas;
b.
kegiatan belajar, yakni pelaksanaan dari rencana yang
telah dipersiapkan terlebih dahulu; dan
c.
penilaian, biasanya dilakukan dengan mengadakan
pameran semua hasil kegiatan yang dilakukan siswa (misalnya gambar, karangan,
laporan, dan sebagainya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar