Rabu, 02 Januari 2013

ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN



A.    Aliran Klasik
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1.      Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. (Tirtahardja, 2005)
Menurut konsepsi empirisme ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung yang memahat patung dari kayu, batu, atau bahkan lainnya sesuka hatinya. (Tim, 2008)
2.      Aliran Nativisme
Aliran ini ditokohi Schopenhauwer(Jerman: 1788-1860) berpendapat bahwa berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak Potensi yang dibawa sejak lahir sepenuhnya akan mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan , pendidkan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir.(Bintarinoors, 2008)

3.      Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. (Tirtahardja, 2005)
Anak-anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Jangan dididik seperti orang dewasa menurut ukuran-ukuran orang dewasa. Tindakan terbaik yang dapat dilakukan orang tua dan guru bagi anak ialah membiarkannya untuk memperoleh kesenangan dan pilihannya secara alamiah. Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tidak berbuat sesuatu terhadap mereka, membiarkan mereka bersama alam ialah tindakan belajar-mengajar. (Bintarinoors, 2008)

4.      Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini William Stern (Jerman: 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah membawa pembawaan atau potensi-potensi, namun dalam perkembangan selanjutnya ditentukan bersama baik oleh pembawaan maupun lingkungan atau pendidikan. Konvergensi dalam teori pendidikan berarti bertemunya bakat dan pengaruh lingkungan sehingga apa yang kita lihat pada anak merupakan pertemuan ini. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme (Tim, 2008). Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.

Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran praktek pendidikan di Indonesia.
Di Indonesia telah ditetapkan berbagai aliran – aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun ditempatkan dalam aliran latar pandangan yang konvergensi.

B.     Gerakan Baru dalam Dunia Pendidikan
Gerakan-gerakan baru pendidikan memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan seperti sebagai berikut.

1.      Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. (Usman, 2011)

Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar adalah:
a.       menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan ialah kemampuan dan tingkat perkembangan anak;
b.      persiapan perlu dilakukan, baik persiapan guru maupun persiapan murid;
c.       jika langkah pelaksanaan tela ditangani dengan baik, maka pelaksaan pengamatan dapat berjalan dengan lancar; dan
d.      langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar proses kegiatan pengamatan itu sendiri. (Extraordinary, 2012)


2.      Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global dan Centre d’interest. (Sucipto, 2010)
Asas-asas pengajaran pusat perhatian adalah:
a.       pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak alam hidup dan perkembangannya;
b.      setiap beban pengajaran harus merupakan keseuruhan, tidak mementingkan bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian itu;
c.       hubungan eseluruhan itu adalah hubungan simbiosis;
d.      anak dodorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan didik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab; dan
e.       harus ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga. (Tim, 2008)
3.      Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. (Usman, 2011)
Tujuan sekolah kerja menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
a.       menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri;
b.      agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu; dan
c.       agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara. (Extraordinary, 2012)
Kereschenteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anka-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar:
a.       sekolah-sekolah perindustrian;
b.      sekolah-sekolah perdagangan; dan
c.       sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik. (Tim, 2008)

4.      Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju. (Tirtahardja, 2005)
Langkah-langkah pokok pengajaran proyek adalah:
a.       persiapan, yakni penetapan masalah yang akan dibahas;
b.      kegiatan belajar, yakni pelaksanaan dari rencana yang telah dipersiapkan terlebih dahulu; dan
c.       penilaian, biasanya dilakukan dengan mengadakan pameran semua hasil kegiatan yang dilakukan siswa (misalnya gambar, karangan, laporan, dan sebagainya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar