Sudah lama sekali blog ini tidak diisi, di kerenakan kesibukan mengurus ini dan itu. Semoga akan ada hari untuk mengisi blog ini lagi, dan semoga blog ini bermanfaat bagi pembaca. 👯
Salam buat teman2 BP 011 PLB UNP & Salam buat adik2 junior PLB UNP Kita jumpa di blog ini, dan semoga kalian mengenal kakak 😊😊
.
.
.
Tunggu update berikutnya yaa...
nha PLB UNP 011
Disini tempatku berbagi,
Minggu, 05 Februari 2017
Sabtu, 05 April 2014
SISTEM NON PANTI YANG BERBASIS MASYARAKAT
Pada
dasarnya konsep layanan rehabilitasi sosial non panti ini berorientasikan
kepada masyarakat sebagai basis pelayanannya (community-based social
rehabilitation), artinya menggunakan masyarakat sebagai wadah atau pangkalan
untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi, yang pelaksanaannya terutama
dilakukan dengan bantuan tenaga sosial sukarela yang berasal dari masyarakat
desa (LKMD).
Fungsi
rehabilitasi sosial non panti adalah: meningkatkan usaha usaha ke arah
penyebaran pelayanan rehabilitasi sosial yang berbasis masyarakat, meningkatkan
peran serta masyarakat dalam 23
pembangunan
bidang kesejahteraan sosial yang semakin merata, meningkatkan integrasi para
penca.
Lingkungan Pondok
Sosial
Lingkungan
pondok sosial adalah usaha rehabilitasi secara komprehensif dan integratif bagi
penyandang permasalahan sosial termasuk penca di suatu perkampungan sosial
dalam rangka refungsionalisasi dan pengembangan baik fisik, mental, maupun
sosialnya. Tujuan
dikembangkannya lingkungan pondok sosial adalah: memberi kesempatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan fungsi sosial para penyandang permasalahan sosial,
yang semula tidak berkesempatan dan berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya
sebagaimana mestinya,baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, keluarga,
dan kelayakan pergaulan dalam masyarakat. Dengan demikian penanganan masalah
sosial penca merupakan serangkaian kegiatan dalam rehabilitasi medis,
vokasional, dan rehabilitasi sosial dimana satu dan lainnya saling keterkaitan,
baik yang bersifat pencegahan, pembinaan, bimbingan dan penyuluhan, penyantunan
sosial dan pengembangan sebagai upaya mempersiapkan pengentasan para penca
sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidup
The
National Council On Rehabilitation (1942), rehabilitasi sosial adalah perbaikan
atau pemulihan menuju penyempurnaan ketidak berfungsian fisik,
mental, sosial dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka. Pengertian rehabilitasi
sosial yang dikutip oleh Zaenudin (1994) dari pendapat LE.Hinsie &Canbell, bahwa rehabilitasi sosial
adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikologis dan penyesuaian diri
secara maksimal untuk mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan
vokasional bagi kehidupan sesuai dengan kemampuan . Dimana pada prosesnya diarahkan untuk:
(1) Mencapai perbaikan penyesuaian klien
sebesar-besarnya,
(2) Kesempatan vokasional sehingga dapat
bekerja dengan kapasitas maksimal,
(3) Penyesuaian diri dalam lingkungan
perorangan dan sosial secara memuaskan
sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
Tujuan
rehabilitasi sosial adalah untuk memulihkan kembali rasa harga diri, percaya
diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya, dan memulihkan kembali kemauan dan kemampuan
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
Rehabilitasi Karya
(Vocational Rehabilitation)
Rehabilitasi
keterampilan/karya adalah suatu rangkaian kegiatan pelatihan yang berpengaruh
terhadap peningkatan
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk suatu pekerjaan. Organisasi perburuhan
internasional rekomendasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vokasional
untuk penyandang cacat (Dep Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi
peserta didik akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi
fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan professional tertentu di masa
depan.
Naker (1981:14)
mendefinisikan rehabilitasi vakasional sebagai berikut: Istilah rehabilitasi
vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara
berkesinambungan dan terkoordinasikan yang menyangkut pengadaan
pelayanan-pelayanan di bidang jabatan seperti bimbingan jabatan (vocational
guidance), latihan kerja (vocational training), penempatan yang selektif
(selective placement), adalah diadakan guna memungkinkan para penderita cacat
memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Tujuannya agar peserta
didik dapat memiliki kesiapan dasar dan keterampilan kerja tertentu yang dapat
untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarganya. Sedangkan sasaran
pokoknya adalah menumbuhkan kepercayaan diri, disiplin mendorong semangat siswa
agar mau bekerja. Kegiatan
dalam rehabilitasi vokasional meliputi:
1. kegiatan evaluasi baik
medis, personal, sosial dan vokasional dengan melalui berbagai teknik oleh para
ahli yang berwewenang, serta menggunakan data dari berbagai sumber yang ada.
Dengan demikian seseorang yang akan diberi pelayanan rehabilitasi vokasional,
terlebih 26 dahulu
harus melalui pemeriksaan, penelitian yang seksama dari berbagai keahlian. Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan
kriteria yang dapat mengikuti program rehabilitasi vokasional seperti:
a.
Individu penyandang cacat fisik atau mental yang mengakibatkan individu terhambat
untuk mendapatkan pekerjaan.
b.
Adanya dugaan yang logis, masuk akal, bahwa pelayanan rehabilitasi vokasional akan bermanfaat bagi individu
untuk dapat mencari pekerjaan.
2. bimbingan vokasional
artinya ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya dan
menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya. Layanan-layanan
yang dapat diberikan dalam bimbingan
vokasional meliputi:
a. Bimbingan dan
konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
b.Layanan pemulihan,
pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosi.
c. Pelayanan kepada
keluarga perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi yang
diberikan pada
penca.
d. Pelayanan penterjemah,
interpreter untuk tunarungu.
e. Pelayanan membaca dan
orientasi mobilitas bagi tunanetra, dlsb.
f. Sebelum latihan kerja
atau memberi bekal keterampilan, tenaga
rehabilitasi, instruktur, bersama-sama dengan klien dan orang tua 27 atau keluarga lainnya
menyesuaikan program rehabilitasi yang Didasarkan
atas tujuan vokasional.
3. latihan kerja setelah
dilakukan evaluasi dan pemberian informasi melalui
bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya. Maka
diberikan latihan kerja atau keterampilan kerja agar dapat mencari penghasilan
untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan meminimalkan ketergantungan terhadap
orang lain. Cakupan
latihan keterampilan meliputi: persiapan latihan keterampilan, pelaksanaan
latihan keterampilan, dan peningkatan latihan keterampilan. Persiapan latihan keterampilan dapat
dilaksanakan pada tahap dimana anak masih dalam periode mengikuti rehabilitasi
medik dan sosial. Sedangkan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang
sesungguhnya dapat dimulai apabila siswa
telah selesai mengikuti proses rehabilitasi medik dan sosial. Persiapan latihan
keterampilan disebut juga pre-vocational training merupakan kegiatan rehabilitasi yang mengarah
pada penguasaan kemampuan dasar untuk bekerja. Latihannya masih bersifat umum,
misalnya penguasaan gerakan-gerakan tertentu yang dilatihkan sedemikian rupa
agar dapat ditempatkan di tempat kerja yang membutuhkan macam gerakan dasar
tersebut. Target utama latihan keterampilan adalah: merangsang minat dan
dorongan kerja, pengenalan jenis dan bahan serta alat kerja, penanaman 28 dasar sikap kerja,
penjajagan potensi dalam berbagai keterampilan, identifikasi hambatan yang
dialami anak.Latihan keterampilan atau vocational training adalah usaha
rehabilitasi yang mengarah pada penguasaan kemampuan melakukan pekerjaan,
misalnya melatih kerja sebagai juru tulis, penjahit, pertukangan, peternakan,
operator komputer, dsb. Target utama tahap latihan keterampilan meliputi:
peningkatan taraf penguasaan keterampilan pada bidang-bidang yang telah dipilih
atas dasar pengamatan selama tahap
pre-vocational training, pemberian bimbingan bekerja yang lebih baik,
memilih beberapa bidang keterampilan yang dipersiapkan untuk program pelatihan
lebih lanjut.Adapun peningkatan latihan keterampilan atau intensif vocational
training adalah bagian dari kegiatan rehabilitasi keterampilan yang sudah
mengarah pada upaya memberikan latihan keterampilan khusus yang tertentu secara
intensif sebagai kelanjutan dari tahapan pre vocational training dan vocational
training yang diberikan sebelumnya. Latihan keterampilan ini biasanya diberikan
pada jenjang SLTPLB atau diberikan oleh panti-panti rehabilitasi sosial penyandang
cacat.
4. penempatan kerja dan
follow-up setelah mendapat latihan kerja dan individu telah memiliki
keterampilan bekerja, indiviu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja
baik sebagai karyawan pemerintah maupun swasta/perusahaan, atau kembali ke
masyarakat dengan berusaha sendiri seperti contohnya dalam kelompok usaha
penca, 29 wiraswasta
sendiri, penempatan melalui loka bina karya, atau memerlukan penempatan tempat
kerja di sheltered workshop untuk penca
yang cacatnya berat. Dengan penempatan kerja diharapkan para penca tidak
melalui persaingan yang ketat dengan orang normal dalam mencari pekerjaan. Setelah dapat diterima
bekerja dan berhasil melewati masa
percobaan, konselor masih tetap mengikuti perkembangan kliennya sebagai
follow-up, untuk mengetahui apakah semuanya berjalan dengan lancar dan klien
sudah dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan tempat dimana ia bekerja.
5. Sheltered Workshopan
masyarakat. Aspek
Vokasional Seorang
ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan rehabilitasi menuju berbagai
bentuk kegiatan yang bersifat keterampilan/kecakapan kerja, yang nantinya akan
berguna dalam kehidupan anak dimasa yang akan datang. Anak diharapkan akan
memiliki keahlian/kecakapan dalam bentuk pekerjaan tertentu yang dapat
dijadikan modal/pegangan dalam hidupnya.
Orang Tua ( KELUARGA)
Kedudukan
dan peranan orang tua dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat
penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta dalam
kegiatan rehabilitasi terutama
pada saat anak tinggal di rumah.
Dukungan
dan perlakuan orang tua sangat diperlukan atas keberhasilan rehabilitasi
anaknya. Seperti
yang dikemukakan oleh Power, Dell Orto, dan Gibbons (1988), bahwa keluarga
dapat menjadi sumber bantuan utama bagi rehabilitasi atau proses penyesuaian 46 seorang individu, atau
juga dapat menjadi batu sandungan yang signifikan menuju pencapaian tujuan
treatment. Keluarga dan orang terdekat lainnya mempengaruhi cara individu
merespon terhadap kecacatannya, dan pada gilirannya, keluarga dipengaruhi oleh
kecacatan yang terjadi pada seorang anggota keluarga. Keluarga yang tidak
dilibatkan dalam proses rehabilitasi akan lebih sulit memberikan dukungan
terhadap upaya rehabilitasi. Karena itu, dalam merehabilitasi perlu
mengikutsertakan orang tua agar lebih memahami masalah anaknya dan dapat
memberi perlakuan yang sebaiknya kepada anak agar tidak selalu tergantung pada
orang lain. Orang
tua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi,
terutama yang berkaitan dengan kegiatan praktis keseharian anak di rumah. Ilmu
dan cara melaksanakan rehabilitasi dapat dilakukan oleh ahli rehabilitasi dan
guru dalam hal:
a.
Cara memberikan rehabilitasi anak di rumah sesuai dengan jenis kecacatan.
b.
Cara mengatasi kesulitan yang timbul dalam pelaksanaan rehabilitasi di rumah
c.
Untuk memecahkan masalah secara bersama, perlu diadakan konsultasi dan dialog
antara guru dengan orang tua.
Jumat, 28 Maret 2014
Jenis Pelayanan Rehabilitas
1.
Berbasis
Masyarakat
Rehabilitas
Berbasis Masyarakat adalah layanan
rehabilitas yang memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat, strategi ini
dilaksanakan dengan tujuan agar pelayanan rehabilitas dapat dilakukan sedini
mungkin dan merata bagi seluruh masyarakat yang memerlukan.
Rehabilitas
berbasis masyarakat telah di uji coba di Surakarta, dalaksanakan oleh instansi
secara lintas sektoral, yaitu departemen kesehatan dan departemen sosial dan
Depdiknas memberikan pembinaan dan pelatihan kepada kader-kader yang ada di
masyarakat antara lain para pemuda. Tenaga posyandu, PKK, dan tenaga
kesukarelaan lainnya. Pembinaan dalam bidang manajemen rehabilitas dan
pelatihan dalam memberikan layanan kepada masyarakat, para orang tua dan keluarga.
Para
orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus datang pada hari tertentu,
ditempat yang telah ditentukan misalnya Pos Pelayanan Terpadu. Para kader yang
telah dibina datang dalam bentuk tim dengan berbagai keterampilan yang telah
diperolehnya pada saat pelatihan, dengan tugas memberikan petunjuk-petunjuk
kepada para orang tua/keluarga tentang cara-cara memberikan layanan kepada
putra/putrinya yang membutuhkan layanan khusus.
2.
Berbasis
Keluarga
Rehabilitas dalam keluarga merupakan
model layanan rehabilitas yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang
mengalami ganguan, oarang tua yang dimaksud terlebih dahulu diberi latihan
bagaimana cara memberikan layanan pada anaknya atau keluarga yang membutuhkan
layanan khusus. Model latihan yang diberikan sangat khusus tidak sama dengan
yang diberikan kepada kader-kader dalam layanan rehabilitas berbassis
masyarakat, mereka harus menguasai berbagai layanan untuk berbagai jenis
gangguan.
Orang tua yang telah dilatih oleh
tenaga profesional tertentu dilembaga informal, mereka melakukan praktek
terhadap anaknya/keluarganya dibawah bimbingan yang iontensif, selanjutnya
mereka memberikan layanan dirumah. Secara berkala di adakan eveluasi bersama,
dan tindak lanjut layanan yang diberikan.
3.
Keterampilan/Vokasional
Rehabilitas vokasional yang dimaksud
adalah memberikan kemampuan kepada individu yang membutuhkan layanan khusus
dalam bidang vokasional atauketerampilan. Keterampilan yang ditawarkan kepada
mereka sifatnya individual, sesuai dengan kemampuan yang masih dimilikinya,
dean disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar individu tersebut berada. Dalam
memberikan keterampilan harus dipertimbangkan aspek-aspek fisik, psikologis,
sosial-emosi dan problem yang diamatinya.
Depnaker 1981:14 memberikan defenisi
rehabilitas vokasional yaitu Istilah rehabilitas vokasional berarti bagian dari
suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan
menyangkut pengadaan pelayanan-pelayanan dibidang jabatan seperti bimbingan
jabatan, latihan kerja, penempatan yang selektif, adalah di addakan guna
memungkinkan para penderita cacat memperoleh kepastian dan mendapatkan
pekerjaan yang layak.
Dari definisi tersebut, maka kegiatan
dalam rehabilitas vokasional meliputi:
1. Kegiatan
Evaluasi
Baik medis, personal,
sosial, maupun vokasional,dengan melalui berbagai teknik oleh para ahli yang
berwenang dan menggunakan data dari berbagai sumber yang ada. Dengan demikian
seseorang yang akan diberikan layanan rehabilitas vokasional terlebih dahulu
harus melalui pemeriksaan, penelitian yang seksama, dari berbagai keahlian.
Melalui kegiatan rehabilitas dapat ditentukan kriteria yang dapat mengikuti
program rehabilitas vokasiona, seperti :
a. Individu
penyandang cacat fisik atau mental, yang mengakibatkan individu terlambat untuk
mendapatkan pekerjaan.
b. Adanya
dugaan yang logis, masuk akal bahwa pelayanan rehabilitas vokasional akan
bermanfaat bagi individu untuk dapat mencari pekerjaan.
2. Bimbingan
Vokasional
Artinya bimbingan
vokasional ialah membantu individu untuk mengenal dirinya dan menerima dirinya
agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan
keadaan yang sebenarnya. Adapun pelayanan-pelayanan yang dapat diberikan dalam
bimbingan rehabilitasi vokasional seperti, misalnya adalah :
a. Bimbingan
dasn konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan
diberikan
b. Pelayanan
pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosional
c. Pelayanan kepada keluarga karena hal ini perlu
untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitas yang diberikan kepada
penderita
d. Pelayanan
penterjemah
e. Pelayanan
membaca, pelayanan orientasi dan mobilitas bagi tunanetra, dan banyak lagi
pelayan-pelayanan yang dapat diberikan dalam kegiatan bimbingan rehabilitas
vokasional.
f. Sebelum
latihan kerja ataupun memberikan bekal keterampilan tenaga rehabilitas,
instruktur, bersama-sama dengan klien dan juga orang tua.
3. Latihan
Kerja
Setelah dilakukan
evaluasi dan pemberian informasi melalui bimbingan tentang dirinya dan
lapanganpekerjaan yang sesuai untuknya. Maka diberikan latihan kerja atau
keterampilan-keterampilan kerja, agar dapat penghasilan untuk menunjang
kebutuhan hidupnya dan meminimkan ketergantungan terhadap orang lain.
4. Penempatan
Kerja dan Follow-up
Setelah mendapat
latihan kerja dan individu sudah memiliki keterampilan-keterampilan bekerja,
maka individu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik sebagai
karyawan pemerintah maupun sebagai karyawan perusahaan swasta ataukembali ke
masyarakat dengan berusaha sendiri.
Jenis-jenis keterampilan yang dapat
dilakukan oleh individu yang membutuhkan layanan khusus pada dasarnya
samadengan jenis-jenis keterampilan yang dapat dilakukan oleh orang-orang pada
umumnya, hanya diperlukan layanan yang khusus. Misalnya seseorang yang
mengalami gangguan penglihatan, maka keterampilan yang ditawarkan adalah
jenis-jenis keterampilan yang tidak memerlukan penglihatan, demikian juga
dengan gangguan pendengaran, gangguan motorik. Lain halnya dengan yang
mengalami gangguan mental intelektual, tentunya keterampilan yang sifatnya
sederhana, dan tidak memerlukan pemikiran pemikiran yang rumit,misalnya
menyusun botol, menyapu, menyiram bunga, menyusun buku, stempel pos dan lain
sebagainya.
Senin, 03 Maret 2014
Cara Mengatasi Perilaku Defisit
A.
Prompt dan Fading
1. Tujuan
Prompt
Prompt adalah
bantuan atau apa saja yang bersifat membantu agar anak dapat menjawab dengan
benar. Setelah anak menjawab atau memberikan respon yang benar, lalu diberikan reinforcers
yang positif. Prompt diberikan saat anak tidak bisa mengerjakan atau
memberi respon.
2. Teknik Promt
Prompt yang biasa
diberikan:
a.
Fisik – Secara fisik anak di bantu untuk merespon
dengan benar.
b.
Model – Anak diberi contoh agar dapat meniru dengan
benar.
c.
Verbal – Mengucapkan kata yang benar untuk ditiru,
atau menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh anak, atau menanyakan misalnya,
“apa lagi?”
d.
Gestural – Secara isyarat, dengan menunjuk, melirik,
ataupun menggerakkan kepala.
e.
Posisional – Dengan meletakkan apa yang diminta lebih
dekat dengan anak dari benda-benda lainnya yang kita minta untuk membedakan.
Prompt dibedakan menjadi :
a.
Physical Prompt
Misal : orang tua memegangi anaknya ketika belajar berjalan.
b.
Gestural Prompt
c.
Misal : trainer menujukkan materi pada peserta dengan menggunakan pointer
d.
Modeling Prompt
Misal : pelatih renang menunjukkan gerakan tangan dalam gaya bebas.
e.
Verbal Prompt
Misal : pelatih mengendarai mobil mengatakan pada siswa
"hati - hati, jangan terlalu cepat”!
f.
Environmental Prompt
Misal : orang yang ingin mengurangi berat badan menempel
fotonya yang gemuk di depan pintu kulkas.
3. Fading
Fading adalah perubahan secara gradual pada successlye trials dari
stimulus yang mengontrol respon, sehingga respon yang dihasilkan sedikit
demi sedikit akan berubah seiring dengan semakin lengkapnya stimulus.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Keefektivitasan Fading :
a.
Memilih stimulus akhir yang
diinginkan
Sangat penting memilih stimulus akhir yang tepat untuk dapat
menghasilkan perilaku (respon) akhir yang diinginkan.
b.
Memilih stimulus awal
Pada permulaan fading, sangat penting menentukan stimulus
awal yang mungkin memunculkan perilaku yang diinginkan.
Contoh Penerapan Fading
a.
Belajar mengendarai sepeda
b.
Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga,
menulis angka dan huruf
c.
Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis
d.
Memunculkan perilaku tidak merokok
B. Shaping
Shaping
adalah mengajarkan sesuatu perilaku melalui tahap-tahap pembentukan yang
semakin mendekati respon yang dituju yaitu perilaku target.
C. Chaining
Chaining
ialah mengajarkan sesuatu perilaku yang komplek, yang dipecah menjadi
aktivitas-aktivitas kecil yang disusun menjadi suatu rangkaian atau untaian
secara berurutan.
Langganan:
Postingan (Atom)