A.
Konsep
Dasar Keberbakatan
Pengertian
berdasar pada pendekatan uni- dimensional è
menggunakan
inteligensi sebagai kriteria tunggal dalam menentukan keberbakatan.
Pengertian
berdasar pada pendekatan multi-dimensional è
tidak
hanya menggunakan inteligensi sebagai kriteria tunggal untuk menentukan
keberbakatan, tetapi menggunakan kriteria jamak, yaitu-kriteria-kriteria
lain di luar inteligensi. Misalnya: kreativitas, kemampuan memecahkan
masalah, dsb.
Individu
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, baik yang sifatnya masih
potensial, sehingga diramalkan mampu mencapai prestasi tinggi, ataupun yang
sudah nyata-nyata menunjukkan prestasi tinggi, dalam satu atau lebih bidang
kehidupan manusia, baik dalam bidang kemampuan intelektual umum, akademik
khusus, berpikir kreatif-produktif, kepemimpinan, seni, dan atau ketrampilan
psikomotor.
Mereka
memerlukan program pendidikan yang mampu menjamin terjadinya kemudahan
akselarasi kemampuan berpikir tingkat tinggi atau mampu mengakomodasikan
kebutuhan intelektualnya, yaitu melalui program pendidikan yang berdiferensiasi
atau layanan pendidikan di luar jangkauan pendidikan pada umumnya.
B.
Konsep
Dasar Ketunaan
Istilah
yang berkaitan dengan ketunaan è luar biasa, berkelainan, cacat, dan
abnormal.
Dalam
bahasa asing èexceptional,
handicap, impairment, disorder, deviant, disability, defect, abnormal, dsb..
Istilah-istilah
tersebut pada hakekatnya digunakan untuk membedakan anak dalam kelompok istilah
tersebut dengan anak normal pada umumnya. Luar biasa, berkelainan, dan abnormal
pada umumnya dipahami sebagai suatu kondisi dimana terdapat
penyimpangan-penyimpangan, baik ke arah negatif maupun positif, dari kondisi
rata-rata atau pada umumnya.
Tuna,
cacat, atau bahasa asing handicap, impairment, disorder, disability,
deviant, dan defect lebih merujuk pada kondisi penyimpangan ke arah
negatif. Kajian bahasa asing pengertian istilah handicap biasanya sudah
mencakup pengertian istilah impairment, disorder, disability, maupun defect.
Ketunaan
mengandung beberapa ciri, yaitu:
1. Ditunjukkan
dengan adanya peyimpangan dari rata-rata normal dalam perkembangannya,
2. Penyimpangan
yang terjadi bergerak ke arah ekstrim negatif,
3. Menggambarkan
suatu kondisi atau kemampuan seseorang yang cenderung negatif,
4. Kondisi
yang negatif tersebut dapat berupa kekurangan, kelemahan, kehilangan, hambatan,
kesulitan, atau gangguan dalam aspek-aspek fisik, penginderaan, mental, emosi,
sosial, belajar, atau gabungan dari hal-hal tersebut,
5. Akibat
dari semua itu dapat berupa tidak atau kurang berfungsinya kemampuan seseorang
secara wajar dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau dalam melakukan irtteraksi
dengan lingkungannya,
6. Untuk
mengembangkan potensinya secara maksimal diperlukan suatu Jayanan pendidikan
secara khusus yang berbeda dengan layanan pendidikan pada umumnya,
7. Bentuk
layanan pendidikan secara khusus tersebut adalah perlunya modifikasi-modifikasi
layanan pendidikan, serta layanan lain yang diperlukan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan masing-masing jenis ketunaan.
C.
Pengertian
Anak Berbakat Penyandang Ketunaan
Anak
berbakat yang menyandang ketunaan tidak dapat disebut sebagai tuna/cacat ganda (double
handicaps) sekalipun mereka mempunyai dua kombinasi keluarbiasaan. Lebih
cocok disebut berkelianan ganda. Berbeda dengan anak tunagrahita yang juga
sekaligus tunanetra, mereka dapat disebut sebagai tunaganda. Pemilikan
keberbakatan bukan merupakan indikator ketunaan. Anak berbakat penyandang
ketunaan memiliki dua keluarbiasaan sekaligus, tetapi keluarbiasaan tersebut
bergerak dalam dimensi yang berlawanan.
Di
satu sisi anak tersebut memiliki potensi-potensi yang unggul sebagai modalitas
untuk mencapai suatu prestasi tinggi, tetapi di sisi lain mereka mengalami
kesulitan, hambatan, kelemahan, atau kekurangan karena adanya gangguan, tidak
atau kurang berfungsinya kemampuan tertentu yang berkaitan dengan aspek fisik,
penginderaan, belajar, atau sosio-emosional untuk kepentingan pendidikannya.
Anak
Berbakat Penyandang Ketunaan termasuk dalam kelompok khusus (special group) atau
kelompok minoritas (minority group) anak berbakat
Special
group yang lain è anak-anak berbakat yang secara sosial
atau ekonomi kurang beruntung (disadvantage gifted children), kelompok
anak-anak berbakat berprestasi kurang (underachievement gifted children), dan
kelompok anak-anak wanita berbakat (female gifted children).
individu
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, baik yang sifatnya masih
potensial, sehingga diramalkan mampu mencapai prestasi tinggi, ataupun yang
sudah nyata-nyata menunjukkan prestasi tinggi, dalam satu atau lebih bidang
kehidupan manusia, baik dalam bidang kemampuan intelektual umum, akademik
khusus, berpikir kreatif-produktif, kepemimpinan, seni dan atau ketrampilan
psikomotor, tetapi dalam perkembangannya mereka mengalami penyimpangan yang
sedemikian rupa dari rata-rata normal dalam segi fisik, penginderaan, emosi,
sosial, atau belajarnya, sehingga diperlukan layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Contoh anak berbakat tuna/cacat :
Thomas
A. Edison, Albert Einstein, Aldous Huxley, Hellen Keller, Elizabeth Barret
Browning, Ludwig von Beethoven, Itzhak Permian, Ray Charles, Stephen Hopkin,
dan masih banyak lagi.
Suatu
penelitian mutakhir tentang pemilikan keberbakatan diantara para penyandang
ketunaan, telah ditemukan di Jepang. Dilaporkan oleh Morishima (1974, dalam
Blackhurst dan Berdine, 1981) bahwa Joshihiko Yamamoto, seorang pria Jepang
yang dilaporkan memiliki IQ 40 ternyata seorang yang berbakat (gifted) dan
mampu memenangkan lomba senilukis internasional.
D.
Klasifikasi
Anak Berbakat Penyandanf Ketunaan
1. Anak
Berbakat Penyandang Tunanetra
Buta
è
bila anak sudah tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0),
Low
vision, è mereka yang
memiliki ketajaman penglihatan (visus) lebih dari 6/21
Anak-anak
berbakat yang memiliki ketajaman penglihatan (visus) lebih dari 6/21. Dalam
praktek pendidikan di lapangan kemungkinan akan ditemukan dua kelompok anak
berbakat penyandang tunanetra, yaitu anak berbakat yang low vision dan
anak berbakat yang buta.
2. Anak
Berbakat Penyandang Tunarungu
Tunarungu
ada dua jenis è
tuli (deaf) dan lemah/kurang pendengaran (hard of hearing)
Kehilangan
kemampuan mendengar 70 dB atau lebih
Lemah
pendengaran ialah mereka yang kehilangan kemampuan pendengaran antara 35 - 69
dB
Anak
berbakat penyandang tunarungu adalah anak-anak berbakat yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan pendengaran sehingga mengalami kesulitan
atau ketidakmampuan dalam memahami bicara orang lain melalaui telinganya,
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Dalam praktek pendidikan di
lapangan kemungkinan akan ditemukan dua jenis anak berbakat penyandang
tunarungu, yaitu anak, berbakat yang tuli dan anak berbakat yang menyandang
lemah/ kurang pendengaran.
3. Anak
Berbakat Penyandang Tunadaksa
Cerebral
Palsy (CP), èmereka
yang mengalami gangguan gerak karena kerusakan pada pusat syaraf, (kelompok D1)
Poliomyelitis,
è
mereka yang mengalami gangguan gerak karena kerusakan pada syaraf tepi,
(kelompok D), dan
Muscular
Distropi, è
mereka yang mengalami gangguan gerak karena kerusakan pada otot dan cacat yang
lainnya (kelompok D)
Tunadaksa
Murni (Orthopedically Handicapped Children) yaitu mereka yang mengalami
gangguan gerak karena kecacatan pada otot, tulang, atau persendian, tetapi
tidak disertai dengan gangguan dalam fungsi kecerdasan. Termasuk kelompok ini
ialah anak poliomyelitis, muscular distropi, dan cacat ortopedi lainnya.
Tunadaksa
Kombinasi (Orthopedically Exceptional Children) yaitu mereka yang
disamping mengalami gangguan gerak karena kecacatan pada otot, tulang, atau
persedian juga disertai dengan gangguan dalam fungsi kecerdasan. Misalnya pada
anak CP, walaupun tidak semuanya
Anak
berbakat penyandang tunadaksa adalah anak-anak berbakat yang dalam perkembangannya
mengalami gangguan dalam fungsi gerak karena kecacatan dalam otot, tulang, atau
persendian, sehingga menghambat aktivitasnya sehari-hari atau mengalami
hambatan dalam memanfaatkan anggota tubuhnya secara wajar.
Dalam
praktek pendidikan dilapangan kemungkinan dapat ditemukan tiga jenis anak
berbakat penyandang tunadaksa, yaitu: (1) Anak berbakat penyandang
poliomyelitis, (2) Anak berbakat penyandang Cerebral Palsy, dan (3) Anak
berbakat penyandang muscular distropi dan cacat ortopedi lainnya.
4. Anak
Berbakat Penyandang Tunalaras
Bentuk
tunalaras:
penyimpangan/gangguan
tingkah laku (behavior disorder/ impairment disability},
gangguan
emosi (emotional disturbance/conflict), dan
masalah
penyesuaian sosial (social maladjusment)
Dalam
pendidikan luar biasa :
tunalaras
sosial (Socially maladjusted)
tunalaras
emosi (emotional disturbance]
Kelompok
tunalaras sosial
perilaku
agresif yang tidak mampu menyesuaikan diri sama sekali terhadap norma-norma di
lingkungannya,
mampu
menyesuaikan diri tetapi terbatas pada lingkungan yang terbatas (kelompok
gangnya), dan
mampu
menyesuaikan diri, tetapi kalau kebutuhannya atau keinginannya terhalangi
kemudian muncul perilaku-perilaku yang primitif
Tunalaras
emosi (emotional disturbance]
Terjadinya
penyimpangan-penyimpangan perilaku dikarenakan adanya gangguan dalam
perkembangan emosinya.
Pada
kelompok ini, perkembangan sosialnya baik, tetapi karena emosinya terganggu
sehingga fungsi sosialnya menjadi terhambat.
suatu
kondisi yang ditunjukkan dengan satu atau lebih ciri-ciri tertentu, yang muncul
dalam suatu kurun waktu yang lama, dan disertai dengan tingkat/derajat yang
tinggi, serta berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
ketidakmampuan
belajar yang tidak bisa dijelaskan dari faktor intelektual, sensori, atau
kesehatan,
ketidakmampuan
dalam membangun atau memelihara hubungan interpersonal yang memuaskan dengan
kelompok atau gurunya,
dalam
kondisi normal mereka tidak mampu menunjukkan perilaku atau perasaanya secara
tepat,
diliputi
perasaan tidak bahagia atau depresi, dan
cenderung
mengembangkan simtom-simtom fisik atau takut dalam menghadapi orang atau
masalah-masalah sekolah.
Jenis-jenis
tunalaras emosi
Tunalaras
emosi yang Agresif è bentuk penyimpangan perilakunya
ditujukan ke luar, disertai dengan sikap permusuhan, penentangan, atau
penolakan terhadap lingkungan yang dilakukan secara terbuka dengan maksud untuk
menguasainya. Dilihat dari perilaku yang ditampakkan, kelompok ini dapat
diklasifikasikan dalam tunalaras sosial, karena perilakunya tidak berbeda
dengan tunalaras sosial
Tunalaras
emosi yang Pasif èbentuk penyimpangan perilakunya
diarahkan ke dalam. Pada kelompok ini sikap-sikap permusuhan, penolakan, atau
pertentangan dilakukan secara tertutup, sehingga cenderung tidak menimbulkan
konflik yang serins dengan orang lain. Misalnya perilaku menarik diri, menjadi
pemalu, dan sebagainya.
5. Anak
Berbakat Penyandang Kesulitan Belajar
Istilah umum sering dijumpai:
- problem belajar (learning
problem),
- kesulitan belajar (learning
difficulties),
- ketidakmampuan
belajar (learning disability) dan
- ketidakmampuan
belajar khusus (specific learning disability).
Anak berbakat yang dalam
perkembangannya mengalami gangguan atau hambatan dalam satu atau lebih proses
psikologis dasar (neurologis atau sistem syaraf pusat). Gangguan atau hambatan
tersebut dapat meliputi gangguan dalam pengertian atau bahasa, membaca atau
menulis. Manifestasinya dapat berupa ketidaksempurnaan dalam mendengar,
berfikir, bicara, membaca, menulis, mengeja, berhitung (matematika), atau
ketrampilan sosial.
Dalam praktek pendidikan di
lapangan ada kemungkinan. ditemukan bermacam-macam anak berbakat penyandang
kesulitan belajar, di antaranya
- anak berbakat
penyandang kesulitan belajar menulis,
- anak berbakat
penyandang kesulitan belajar membaca,
- anak berbakat
penyandang kesulitan belajar berhitung, dan
- anak berbakat
penyandang kesulitan belajar ketrampilan sosial.