Kamis, 09 Januari 2014

TUJUAN BK DISEKOLAH TKLB, SDLB, SMPLB, DAN SMALB



A.    Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya sehingga mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.
Konseling merupakan  suatu bentuk layanan tatap muka yang dilakukan oleh ahli kepada individu yang diarahkan untuk memcahkan masalah yang dihadapi oleh klien sesuai degan kemampuannya sendiri.

B.     Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Tujuan BK di TKLB
Pada dasarnya semua anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik dan permasalahan yang relatif sama, yaitu mengalami hambatan perkembangan intelektualnya, kesulitan dalam sosialisasi, emosinya tidak stabil, dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga juga membutuhkan layanan bimbingan dan konseling.
Tujuan BK disekolah TKLB ini adalah guna untuk memberikan bimbingan kepada anak yang mengalami masalah, bukan hanya anak remaja atau dewasa saja yang mempunyai masalah, tetapi anak TK juga mempunyai masalah. Seperti anak yang sedang bermasalah dengan teman sebayanya.
Myrick dalam Muro & Kotman:1995 yang diperjelas kembali oleh Rakhmad (2006) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
Pada keempat pendekatan ini, salah satunya adalah pendekatan krisis yang dipakai untuk anak TKLB. Sama-sama kita ketahui yang dimaksud dengan pendekatan krisis adalah  pembimbing menunggu munculnya suatu masalah dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi masalah itu. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara pasti dapat mengatasi masalah itu. Contohnya seorang anak datang mengadu kepada guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini akan meminta anak itu membicarakan penyelesaian masalah dengan temannya tersebut. Bahkan mungkin akan memanggil anak-anak itu ke kantornya untuk membicarakan penyelesaian masalah.

2.      Tujuan BK di SDLB
Pada dasarnya kebutuhan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak lain pada umumnya (kebutuhan jasmani dan rohani). Tapi ada hal-hal khusus yang membutuhkan penanganan khusus, biasanya berkaitan dengan kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Di dalam prosesnya dapat berupa pendidikan, pembelajaran yang mendidik dan memandirikan, terapi, layanan bimbingan dan konseling, layanan medis, dll.
Penanganan itu tentunya dilakukan oleh profesi yang sesuai dengan bidangnya. Artinya akan banyak ahli yang terlibat dalam rangka memenuhi kebutuhan ABK itu. Sehingga dikenal dengan pendekatan multidisipliner. Para ahli dari berbagai bidang berkolaborasi memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan ABK agar berkembangan secara optimal.
Maka dari itu anak SDLB juga membutuhkan layanan Bimbingan dan konseling guna untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ada beberapa fungsi BK di SDLB ini, antara lainnya adalah:
a.       Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.
b.      Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam hal membantu siswa untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah,dan lapangan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan dalam fungsi penyaluran ini meliputi bantuan untuk memantapkan kegiatan belajar di Sekolah Dasar. Dalam melaksanakan funsinya, guru pembimbing atau konselor perlu kerjasama dengan pindidik lainnya di Sekolah Dasar maupun diluar Sekolah Dasar.
c.       Fungsi adaptasi, yaitu bimbingan dan konseling dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan minat, kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para siswa atau guru pembimbing atau konselor dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola dan memilih materi pelajaran yang tepat, atau dalam mengadaptasikan bahan pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan siswa.
d.      Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dan berkembang secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidenfikasi, memahami, dan memecahkan masalah.
Pendekatan yang digunakan di SDLB ini adalah pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak. Tujuannya adalah menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi. Berbagai strategi bisanya dilakukan seperti mengajarkan kepada siswa keterampilan tertentu misalnya keterampilan berdamai sehingga siswa tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah hubungan antar pribadi.

3.      Tujuan BK di SMPLB
Pendekatan yang digunakan di SMPLB ini adalah, pendekatan preventif. Pendekatan  preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum. Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa bila guru dapat mendidik siswanya untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode.
Untuk menghindari terjadinya masalah itu maka pembimbing akan dapat mencegah siswa dari perbuatan yang membahayakan tersebut. Teknik yang dapat digunakan diantaranya mengajar dan memberikan informasi. Dari contoh diatas, guru akan mengajarkan sikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
Tujuan diberikan BK kepada anak SMPLB ini adalah, guna untuk mencegah perbuatan yang berbahaya bagi anak nantinya.

4.      Tujuan BK di SMALB
Pendekatan yang digunakan di SMALB ini adalah pendekatan perkembangan. Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan tiga pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pemahaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan dalam kehidupan. Pendekatan ini memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan, dan minat serta membantu siswa mempelajari keterampilan hidup (Robert Myrick, 1989). Teknik yang dapat dilakukan diantaranya mengajar, menukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dari contoh diatas, guru yang menggunakan pendekatan ini, akan menangani anak sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi anak itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi yang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain.
Tujuan BK di SMALB ini adalah memberikan bimbingan kepada anak dengan cara mendekati anak, dan mengamati sejauh mana perkembangan anak di sekolah. Memberikan pemahaman dan sekaligus keterampilan kepada anak.

Sebenarnya tujuan BK di sekolah-sekolah adalah semuanya sama hanya cara penerapannya saja berbeda, tujuan BK disekolah-sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Anak  harus dapat mengenal dirinya sendiri
2.      Menemukan kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul menyertai kelainannya.
3.      Menemukan konsep diri
4.      Memfasilitasi penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
5.      Berkoordinasi dengan ahli lain
6.      Melakukan konseling terhadap keluarga ABK
7.      Membantu perkembangan ABK agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri
8.      Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
9.      Mengembangkan keterampilan personal dan social
10.  Besama-sama merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan yang dibutuhkan.

Dibawah ini disampaikan beberapa pendapat para ahli berkaitan dengan tujuan bimbingan dan konseling di SLB sebagai berikut.
1.      Menurut Nurihsan A J (2006) tujuan layanan bimbingan dijelaskan Nurihsan (2006:8) agar individu dapat:
a.       Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa yang akan datang.
b.      Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c.       Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjannya.
d.      Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
2.      Adapun tujuan konseling pada umumnya dan disekolah pada khususnya menurut Shertzer dan Stone (dalam Nurihsan.2006:12) sebagai berikut.
a.       Mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khusus di sekolah Boy dan Pine (Depdikbud, 1983:14) menyatakan, bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbullah pada diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.
b.      Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. Ia belajar menerima tanggungjawab, berdiri sendiri, dan memperoleh integrasi perilakunya.
c.       Penyelesaian masalah. Hal ini bberdasarkan kenyataan, bahwa individu yang mempunyai masalah tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Biasanya siswa datang sendiri kepada konselor karena ia percaya bahwa konselor dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
d.      Mencapai keefektifan pribadi. Blocher mengatakan bahwa pribadi yang efektif adalah pribadi yang dapat memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya, serta bersedia  memikul resiko-resiko ekonomis, psikologis, dan fisik. Ia tampak konsisten, sanggup berfikir secara berbeda dan orisinal, yaitu dengan cara-cara yang  kreatif.
e.       Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya. Pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan yang harus di ambil oleh klien atau menentukan alternatif dari tindakannya. Keputusan ada pada diri klien sendiri. Klien harus belajar mengatasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dan sebagainya. Individu belajar memperhatikan nilai-nilai dan ikut serta mempertimbangkan yang di anutnya secara sadar dalam pengambilan keputusan.
3.      Menurut Priyatno dan Amti E (2004: 114) menyebutkan tujuan umum dan tujuan khusus dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a.       Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimiliki (seperti kemampuan dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
b.      Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan masalah yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahan tersebut. Masalah-masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkutpautnya, serta masing-masing bersifat unik.
4.      Menurut Tohirin (2007: 36-37) tujuan bimbingan dan konseliang atau tujuan konseliang agar klien dapat:
a.       Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
b.      Mengarahkan dirinya agar sesuai dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan tingkat perkembangan yang optimal.
c.       Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
d.      Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan objektif tentang dirinya.
e.       Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
f.       Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g.      Terhindar dari gejala-gejala dan perilaku yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar