A.
Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan
umum dari layanan bimbingan dan konseling bagi ABK adalah sesuai dengan tujuan
pendididikan, yang tertulis pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang
cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5)
Secara umum layanan bimbingan konseling bagi anak luar biasa di sekolah
bertujuan agar setelah mendapat layan bimbingan knseling anak dapat mencapai penyesuaian
dan perkembangan sesuai dengan sisa kemampuannya, bakat, dan nilai – nilai yang
dimilikinya. Secara umum tujuan tersebut mengaah kepada “self-actualization,
selffrealization, fully functioning dan self – acceptance” sesuai dengan
variasi perbedaan inividu antara sesame anak. Hal ini mengingat setiap siswa
memiliki keunika – keunikan tertentu.
Bagi anak luar biasa selain tujuan tersebut di atas, tekaan pencapaian
tujuan lebih diarahkan untuk membentuk kompetensi positif dari kecacatan yang
dimilikinya. Mereka tidak begitu terganggu dengan kecacatan yang ia miliki,
tapi justru ada usaha optimalisasi sisa kecacatan tersebut.
Secara khusus layanan bimbingan konseling di sekolah bertujaun agar anak
dapat :
a.
Memahami dirinya
dengan baik, yaitu mengenal segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki
berkenaan dengan bakat , minat, sikap, perasaan, dan kemampuannya.
b.
Memahami
lingkungan dengan baik, meliputi lingkunan pendidikan di sekolah, lingkungan
asrama, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat. Dari segi
pendidikan pendidkan di sekolah, anak hendaknya dapat memahami peraturan –
peraturan sekolah, kemudahan – kemudahan yang ada di sekolah, ruangan sekolah,
fasilitas sekolah, dan sebagainya. Dari segi lingkungan asrama aak hendaknya
memahami praturan asrama, ruangan asrama, fasilitas asrama, dan sebagainya. Dari segi lingkungan
pekerjaan anak hendaknya mampu memahami keterampilan kerja yang dimikinya,
kondisi – kondisi kerja, hasil kerja, dan sebagainya. Dari segi lingkungan
social masyarakat anak hendaknya mampu memahami adat istiadat masyarakat,
budaya yang ada di masyarakat, dan sebagainya.
c.
Membuat pilihan
dan keputusan yang bijaksana, yaitu pilihan dan keputusan yang didasarkan pada
pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, dan lingkungannya.
d.
Mengatasi
masalah – masalah yag dihadapi dalam kehidupan sehari – hari, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Dalam hal ini pengawasan aktivitas kehidupan sehari –
hari merupakan persyaratan utama untuk membantu mengatasi masalah – masalah
dalam kehidupan sehari – hari
B. Tujuan
Bimbingan Konseling di TKLB
Pada
dasarnya semua anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik dan permasalahan
yang relatif sama, yaitu mengalami hambatan perkembangan intelektualnya,
kesulitan dalam sosialisasi, emosinya tidak stabil, dan hambatan dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga juga membutuhkan layanan bimbingan
dan konseling.
Tujuan
BK disekolah TKLB ini adalah guna untuk memberikan bimbingan kepada anak yang
mengalami masalah, bukan hanya anak remaja atau dewasa saja yang mempunyai
masalah, tetapi anak TK juga mempunyai masalah. Seperti anak yang sedang
bermasalah dengan teman sebayanya.
Myrick
dalam Muro & Kotman:1995 yang diperjelas kembali oleh Rakhmad (2006)
mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam
bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
Pada
keempat pendekatan ini, salah satunya adalah pendekatan krisis yang dipakai
untuk anak TKLB. Sama-sama kita ketahui yang dimaksud dengan pendekatan krisis
adalah pembimbing menunggu munculnya
suatu masalah dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi masalah itu.
Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara
pasti dapat mengatasi masalah itu. Contohnya seorang anak datang mengadu kepada
guru sambil menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai.
Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini akan meminta anak itu membicarakan
penyelesaian masalah dengan temannya tersebut. Bahkan mungkin akan memanggil
anak-anak itu ke kantornya untuk membicarakan penyelesaian masalah.
C. Tujuan
Bimbingan Konseling di SDLB
Pada dasarnya kebutuhan anak berkebutuhan khusus sama
dengan anak-anak lain pada umumnya (kebutuhan jasmani dan rohani). Tapi ada
hal-hal khusus yang membutuhkan penanganan khusus, biasanya berkaitan dengan
kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Di dalam prosesnya dapat berupa
pendidikan, pembelajaran yang mendidik dan memandirikan, terapi, layanan
bimbingan dan konseling, layanan medis, dll.
Penanganan itu tentunya dilakukan oleh profesi yang
sesuai dengan bidangnya. Artinya akan banyak ahli yang terlibat dalam rangka
memenuhi kebutuhan ABK itu. Sehingga dikenal dengan pendekatan multidisipliner.
Para ahli dari berbagai bidang berkolaborasi memberikan layanan yang terbaik
untuk memenuhi kebutuhan ABK agar berkembangan secara optimal.Maka dari itu
anak SDLB juga membutuhkan layanan Bimbingan dan konseling guna untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Ada beberapa fungsi BK di SDLB ini, antara
lainnya adalah:
a.
Fungsi pemahaman, yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.
b.
Fungsi penyaluran,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam hal membantu siswa untuk memilih
jurusan sekolah, jenis sekolah,dan lapangan pekerjaan sesuai dengan minat,
bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan dalam fungsi penyaluran ini
meliputi bantuan untuk memantapkan kegiatan belajar di Sekolah Dasar. Dalam melaksanakan
funsinya, guru pembimbing atau konselor perlu kerjasama dengan pindidik lainnya
di Sekolah Dasar maupun diluar Sekolah Dasar.
c.
Fungsi adaptasi, yaitu
bimbingan dan konseling dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah,
khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan minat,
kemampuan dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai para siswa atau guru pembimbing atau konselor dapat membantu
guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola dan
memilih materi pelajaran yang tepat, atau dalam mengadaptasikan bahan pelajaran
dengan kecepatan dan kemampuan siswa.
d.
Fungsi penyesuaian,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu siswa untuk
memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dan berkembang secara
optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidenfikasi, memahami, dan
memecahkan masalah.
Pendekatan
yang digunakan di SDLB ini adalah pendekatan remedial, guru akan memfokuskan
bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
tampak. Tujuannya adalah menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin terjadi.
Berbagai strategi bisanya dilakukan seperti mengajarkan kepada siswa
keterampilan tertentu misalnya keterampilan berdamai sehingga siswa tadi
memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah hubungan antar pribadi.
D. Tujuan
Bimbingan Konseling di SMPL
Pendekatan
yang digunakan di SMPLB ini adalah, pendekatan preventif. Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah
generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud
seperti putus sekolah, berkelahi, kenakalan, merokok, dan sejenisnya yang
secara potensial masalah itu dapat terjadi pada siswa secara umum. Model ini
didasarkan pada pemikiran bahwa bila guru dapat mendidik siswanya untuk
menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan menguasai metode.
Untuk
menghindari terjadinya masalah itu maka pembimbing akan dapat mencegah siswa
dari perbuatan yang membahayakan tersebut. Teknik yang dapat digunakan
diantaranya mengajar dan memberikan informasi. Dari contoh diatas, guru akan
mengajarkan sikap toleran dan memahami orang lain sehingga dapat mencegah
munculnya perilaku agresif tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.
Tujuan
diberikan BK kepada anak SMPLB ini adalah, guna untuk mencegah perbuatan yang
berbahaya bagi anak nantinya.
E. Tujuan
Bimbingan Konseling di SMAB
Pendekatan yang
digunakan di SMALB ini adalah pendekatan perkembangan. Pendekatan perkembangan
merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih
proaktif dibandingkan tiga pendekatan sebelumnya. Pembimbing yang menggunakan
pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pemahaman
khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan dalam
kehidupan. Pendekatan ini memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan
siswa, kebutuhan, dan minat serta membantu siswa mempelajari keterampilan hidup
(Robert Myrick, 1989). Teknik yang dapat dilakukan diantaranya mengajar, menukar
informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Dari contoh diatas,
guru yang menggunakan pendekatan ini, akan menangani anak sejak tahun-tahun
pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan pengalaman belajar bagi anak
itu yang dapat mengembangkan keterampilan hubungan antarpribadi yang diperlukan
untuk melakukan interaksi yang efektif dengan orang lain.
Tujuan
BK di SMALB ini adalah memberikan bimbingan kepada anak dengan cara mendekati
anak, dan mengamati sejauh mana perkembangan anak di sekolah. Memberikan
pemahaman dan sekaligus keterampilan kepada anak.
Sebenarnya
tujuan BK di sekolah-sekolah adalah semuanya sama hanya cara penerapannya saja
berbeda, tujuan BK disekolah-sekolah adalah sebagai berikut :
1. Anak harus dapat mengenal dirinya sendiri
2. Menemukan
kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul
menyertai kelainannya.
3. Menemukan
konsep diri
4. Memfasilitasi
penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
5. Berkoordinasi
dengan ahli lain
6. Melakukan
konseling terhadap keluarga ABK
7. Membantu
perkembangan ABK agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri
8. Membuka
peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
9. Mengembangkan
keterampilan personal dan social
10. Besama-sama
merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan
yang dibutuhkan.
Dibawah ini disampaikan
beberapa pendapat para ahli berkaitan dengan tujuan bimbingan dan konseling di
SLB sebagai berikut.
1. Menurut
Nurihsan A J (2006) tujuan layanan bimbingan dijelaskan Nurihsan (2006:8) agar
individu dapat:
a. Merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupannya pada masa
yang akan datang.
b. Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c. Menyesuaikan
diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjannya.
d. Mengatasi
hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
2. Adapun
tujuan konseling pada umumnya dan disekolah pada khususnya menurut Shertzer dan
Stone (dalam Nurihsan.2006:12) sebagai berikut.
a. Mengadakan
perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif
dan memuaskan. Khusus di sekolah Boy dan Pine (Depdikbud, 1983:14) menyatakan,
bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih
mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif,
membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan
potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan
baru yang diperoleh, maka timbullah pada diri siswa reorientasi positif
terhadap kepribadian dan kehidupannya.
b. Memelihara
dan mencapai kesehatan mental yang positif. Jika hal ini tercapai, maka
individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang
lainnya. Ia belajar menerima tanggungjawab, berdiri sendiri, dan memperoleh
integrasi perilakunya.
c. Penyelesaian
masalah. Hal ini bberdasarkan kenyataan, bahwa individu yang mempunyai masalah
tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Biasanya siswa datang sendiri kepada
konselor karena ia percaya bahwa konselor dapat membantu menyelesaikan
masalahnya.
d. Mencapai
keefektifan pribadi. Blocher mengatakan bahwa pribadi yang efektif adalah
pribadi yang dapat memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya, serta
bersedia memikul resiko-resiko ekonomis, psikologis, dan fisik. Ia tampak
konsisten, sanggup berfikir secara berbeda dan orisinal, yaitu dengan cara-cara
yang kreatif.
e. Mendorong
individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya. Pekerjaan
konselor bukan menentukan keputusan yang harus di ambil oleh klien atau
menentukan alternatif dari tindakannya. Keputusan ada pada diri klien sendiri.
Klien harus belajar mengatasi konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi
dalam pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dan sebagainya.
Individu belajar memperhatikan nilai-nilai dan ikut serta mempertimbangkan yang
di anutnya secara sadar dalam pengambilan keputusan.
3. Menurut
Priyatno dan Amti E (2004: 114) menyebutkan tujuan umum dan tujuan khusus dalam
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Tujuan
umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan
diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang
dimiliki (seperti kemampuan dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang
ada (keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan
positif lingkungannya.
b. Tujuan
khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum tersebut
yang dikaitkan secara langsung dengan masalah yang dialami oleh individu yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahan tersebut. Masalah-masalah
individu bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkutpautnya, serta
masing-masing bersifat unik.
4. Menurut
Tohirin (2007: 36-37) tujuan bimbingan dan konseliang atau tujuan konseliang
agar klien dapat:
a. Memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
b. Mengarahkan
dirinya agar sesuai dengan potensi yang dimilikinya sesuai dengan tingkat
perkembangan yang optimal.
c. Mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
d. Mempunyai
wawasan yang lebih realistis serta penerimaan objektif tentang dirinya.
e. Dapat
menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya maupun
lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
f. Mencapai
taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g. Terhindar
dari gejala-gejala dan perilaku yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar