Pada
dasarnya konsep layanan rehabilitasi sosial non panti ini berorientasikan
kepada masyarakat sebagai basis pelayanannya (community-based social
rehabilitation), artinya menggunakan masyarakat sebagai wadah atau pangkalan
untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi, yang pelaksanaannya terutama
dilakukan dengan bantuan tenaga sosial sukarela yang berasal dari masyarakat
desa (LKMD).
Fungsi
rehabilitasi sosial non panti adalah: meningkatkan usaha usaha ke arah
penyebaran pelayanan rehabilitasi sosial yang berbasis masyarakat, meningkatkan
peran serta masyarakat dalam 23
pembangunan
bidang kesejahteraan sosial yang semakin merata, meningkatkan integrasi para
penca.
Lingkungan Pondok
Sosial
Lingkungan
pondok sosial adalah usaha rehabilitasi secara komprehensif dan integratif bagi
penyandang permasalahan sosial termasuk penca di suatu perkampungan sosial
dalam rangka refungsionalisasi dan pengembangan baik fisik, mental, maupun
sosialnya. Tujuan
dikembangkannya lingkungan pondok sosial adalah: memberi kesempatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan fungsi sosial para penyandang permasalahan sosial,
yang semula tidak berkesempatan dan berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya
sebagaimana mestinya,baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, keluarga,
dan kelayakan pergaulan dalam masyarakat. Dengan demikian penanganan masalah
sosial penca merupakan serangkaian kegiatan dalam rehabilitasi medis,
vokasional, dan rehabilitasi sosial dimana satu dan lainnya saling keterkaitan,
baik yang bersifat pencegahan, pembinaan, bimbingan dan penyuluhan, penyantunan
sosial dan pengembangan sebagai upaya mempersiapkan pengentasan para penca
sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidup
The
National Council On Rehabilitation (1942), rehabilitasi sosial adalah perbaikan
atau pemulihan menuju penyempurnaan ketidak berfungsian fisik,
mental, sosial dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka. Pengertian rehabilitasi
sosial yang dikutip oleh Zaenudin (1994) dari pendapat LE.Hinsie &Canbell, bahwa rehabilitasi sosial
adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikologis dan penyesuaian diri
secara maksimal untuk mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan
vokasional bagi kehidupan sesuai dengan kemampuan . Dimana pada prosesnya diarahkan untuk:
(1) Mencapai perbaikan penyesuaian klien
sebesar-besarnya,
(2) Kesempatan vokasional sehingga dapat
bekerja dengan kapasitas maksimal,
(3) Penyesuaian diri dalam lingkungan
perorangan dan sosial secara memuaskan
sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
Tujuan
rehabilitasi sosial adalah untuk memulihkan kembali rasa harga diri, percaya
diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya, dan memulihkan kembali kemauan dan kemampuan
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
Rehabilitasi Karya
(Vocational Rehabilitation)
Rehabilitasi
keterampilan/karya adalah suatu rangkaian kegiatan pelatihan yang berpengaruh
terhadap peningkatan
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk suatu pekerjaan. Organisasi perburuhan
internasional rekomendasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vokasional
untuk penyandang cacat (Dep Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi
peserta didik akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi
fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan professional tertentu di masa
depan.
Naker (1981:14)
mendefinisikan rehabilitasi vakasional sebagai berikut: Istilah rehabilitasi
vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara
berkesinambungan dan terkoordinasikan yang menyangkut pengadaan
pelayanan-pelayanan di bidang jabatan seperti bimbingan jabatan (vocational
guidance), latihan kerja (vocational training), penempatan yang selektif
(selective placement), adalah diadakan guna memungkinkan para penderita cacat
memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Tujuannya agar peserta
didik dapat memiliki kesiapan dasar dan keterampilan kerja tertentu yang dapat
untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarganya. Sedangkan sasaran
pokoknya adalah menumbuhkan kepercayaan diri, disiplin mendorong semangat siswa
agar mau bekerja. Kegiatan
dalam rehabilitasi vokasional meliputi:
1. kegiatan evaluasi baik
medis, personal, sosial dan vokasional dengan melalui berbagai teknik oleh para
ahli yang berwewenang, serta menggunakan data dari berbagai sumber yang ada.
Dengan demikian seseorang yang akan diberi pelayanan rehabilitasi vokasional,
terlebih 26 dahulu
harus melalui pemeriksaan, penelitian yang seksama dari berbagai keahlian. Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan
kriteria yang dapat mengikuti program rehabilitasi vokasional seperti:
a.
Individu penyandang cacat fisik atau mental yang mengakibatkan individu terhambat
untuk mendapatkan pekerjaan.
b.
Adanya dugaan yang logis, masuk akal, bahwa pelayanan rehabilitasi vokasional akan bermanfaat bagi individu
untuk dapat mencari pekerjaan.
2. bimbingan vokasional
artinya ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya dan
menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya. Layanan-layanan
yang dapat diberikan dalam bimbingan
vokasional meliputi:
a. Bimbingan dan
konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
b.Layanan pemulihan,
pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosi.
c. Pelayanan kepada
keluarga perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi yang
diberikan pada
penca.
d. Pelayanan penterjemah,
interpreter untuk tunarungu.
e. Pelayanan membaca dan
orientasi mobilitas bagi tunanetra, dlsb.
f. Sebelum latihan kerja
atau memberi bekal keterampilan, tenaga
rehabilitasi, instruktur, bersama-sama dengan klien dan orang tua 27 atau keluarga lainnya
menyesuaikan program rehabilitasi yang Didasarkan
atas tujuan vokasional.
3. latihan kerja setelah
dilakukan evaluasi dan pemberian informasi melalui
bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya. Maka
diberikan latihan kerja atau keterampilan kerja agar dapat mencari penghasilan
untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan meminimalkan ketergantungan terhadap
orang lain. Cakupan
latihan keterampilan meliputi: persiapan latihan keterampilan, pelaksanaan
latihan keterampilan, dan peningkatan latihan keterampilan. Persiapan latihan keterampilan dapat
dilaksanakan pada tahap dimana anak masih dalam periode mengikuti rehabilitasi
medik dan sosial. Sedangkan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang
sesungguhnya dapat dimulai apabila siswa
telah selesai mengikuti proses rehabilitasi medik dan sosial. Persiapan latihan
keterampilan disebut juga pre-vocational training merupakan kegiatan rehabilitasi yang mengarah
pada penguasaan kemampuan dasar untuk bekerja. Latihannya masih bersifat umum,
misalnya penguasaan gerakan-gerakan tertentu yang dilatihkan sedemikian rupa
agar dapat ditempatkan di tempat kerja yang membutuhkan macam gerakan dasar
tersebut. Target utama latihan keterampilan adalah: merangsang minat dan
dorongan kerja, pengenalan jenis dan bahan serta alat kerja, penanaman 28 dasar sikap kerja,
penjajagan potensi dalam berbagai keterampilan, identifikasi hambatan yang
dialami anak.Latihan keterampilan atau vocational training adalah usaha
rehabilitasi yang mengarah pada penguasaan kemampuan melakukan pekerjaan,
misalnya melatih kerja sebagai juru tulis, penjahit, pertukangan, peternakan,
operator komputer, dsb. Target utama tahap latihan keterampilan meliputi:
peningkatan taraf penguasaan keterampilan pada bidang-bidang yang telah dipilih
atas dasar pengamatan selama tahap
pre-vocational training, pemberian bimbingan bekerja yang lebih baik,
memilih beberapa bidang keterampilan yang dipersiapkan untuk program pelatihan
lebih lanjut.Adapun peningkatan latihan keterampilan atau intensif vocational
training adalah bagian dari kegiatan rehabilitasi keterampilan yang sudah
mengarah pada upaya memberikan latihan keterampilan khusus yang tertentu secara
intensif sebagai kelanjutan dari tahapan pre vocational training dan vocational
training yang diberikan sebelumnya. Latihan keterampilan ini biasanya diberikan
pada jenjang SLTPLB atau diberikan oleh panti-panti rehabilitasi sosial penyandang
cacat.
4. penempatan kerja dan
follow-up setelah mendapat latihan kerja dan individu telah memiliki
keterampilan bekerja, indiviu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja
baik sebagai karyawan pemerintah maupun swasta/perusahaan, atau kembali ke
masyarakat dengan berusaha sendiri seperti contohnya dalam kelompok usaha
penca, 29 wiraswasta
sendiri, penempatan melalui loka bina karya, atau memerlukan penempatan tempat
kerja di sheltered workshop untuk penca
yang cacatnya berat. Dengan penempatan kerja diharapkan para penca tidak
melalui persaingan yang ketat dengan orang normal dalam mencari pekerjaan. Setelah dapat diterima
bekerja dan berhasil melewati masa
percobaan, konselor masih tetap mengikuti perkembangan kliennya sebagai
follow-up, untuk mengetahui apakah semuanya berjalan dengan lancar dan klien
sudah dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan tempat dimana ia bekerja.
5. Sheltered Workshopan
masyarakat. Aspek
Vokasional Seorang
ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan rehabilitasi menuju berbagai
bentuk kegiatan yang bersifat keterampilan/kecakapan kerja, yang nantinya akan
berguna dalam kehidupan anak dimasa yang akan datang. Anak diharapkan akan
memiliki keahlian/kecakapan dalam bentuk pekerjaan tertentu yang dapat
dijadikan modal/pegangan dalam hidupnya.
Orang Tua ( KELUARGA)
Kedudukan
dan peranan orang tua dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat
penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta dalam
kegiatan rehabilitasi terutama
pada saat anak tinggal di rumah.
Dukungan
dan perlakuan orang tua sangat diperlukan atas keberhasilan rehabilitasi
anaknya. Seperti
yang dikemukakan oleh Power, Dell Orto, dan Gibbons (1988), bahwa keluarga
dapat menjadi sumber bantuan utama bagi rehabilitasi atau proses penyesuaian 46 seorang individu, atau
juga dapat menjadi batu sandungan yang signifikan menuju pencapaian tujuan
treatment. Keluarga dan orang terdekat lainnya mempengaruhi cara individu
merespon terhadap kecacatannya, dan pada gilirannya, keluarga dipengaruhi oleh
kecacatan yang terjadi pada seorang anggota keluarga. Keluarga yang tidak
dilibatkan dalam proses rehabilitasi akan lebih sulit memberikan dukungan
terhadap upaya rehabilitasi. Karena itu, dalam merehabilitasi perlu
mengikutsertakan orang tua agar lebih memahami masalah anaknya dan dapat
memberi perlakuan yang sebaiknya kepada anak agar tidak selalu tergantung pada
orang lain. Orang
tua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi,
terutama yang berkaitan dengan kegiatan praktis keseharian anak di rumah. Ilmu
dan cara melaksanakan rehabilitasi dapat dilakukan oleh ahli rehabilitasi dan
guru dalam hal:
a.
Cara memberikan rehabilitasi anak di rumah sesuai dengan jenis kecacatan.
b.
Cara mengatasi kesulitan yang timbul dalam pelaksanaan rehabilitasi di rumah
c.
Untuk memecahkan masalah secara bersama, perlu diadakan konsultasi dan dialog
antara guru dengan orang tua.
terus berkarya
BalasHapusboleh minta daftar pustaka terkait yang anda tulis di atas? kalau boleh kirim ke tundzirawati04@gmail.com mohon bantuanya terimakasih
BalasHapus