A.
Tujuan
Mata Kuliah Ortopedi
Tujuan pelayanan
pendidikan bagi ABK tidak berbeda dengan tujuan pendidikan secara umum, yaitu:
“Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. (UU Sisdiknas No. 20/2003). Maka untuk dapat menjadi
guru professional, Anda diharapkan dapat memahami bagaimana memberi layanan ABK. Sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang
bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen yang positif demi
terwujudnya manusia Indonesia secara utuh yakni manusia indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, trampil dan berbudipekerti
yang luhur serta bertanggung jawab atas
dirinya dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya.
Tujuan pendidikan anak tuna daksa bersifat ganda,
yaitu:
1. Berhubungan
dengan aspek rehabilitasi dan pengembangan fungsi fisik, tujuannya adalah untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat langsung atau tidak langsung dari kecacatannya.
2. Berkaitan
dengan pendidikan, tujuannya adalah untuk membantu menyiapkan peserta didik agar
mampu mengembangkan sikap, pengetahuan
dan keterampilan sebagai pribadi maupun dalam anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan social, buydaya dan alam
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam dunia kerja atau menikuti
pendidikan lanjutan (UU NO.2 TAHUN 1989 TENTANG USPN DAN PP NO.72 TENTANG PLB)
Connor (1975) mengemukakan aspek yang perlu
dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan,
yaitu: pengembangan intelektual dan
akademik, membantu perkembangan fisik, meningkatkan perkembangan emosi dan
penerimaan diri anak, mematangkan aspek social, mematangkan moral dan
spiritual, meningkatkan ekspresi diri, serta mempersiapkan masa depan anak.
B.
Kaitan
ortopedi dengan layanan pendidikan anak yang mengalami hambatan ortopedi
1. Pembelajaran
di sekolah
·
Perencanaan kegiatan belajar mengajar:
program pendidikan yang diindulisasikan
·
Prinsip pembelajaran : prinsip
multisensory dan individualisasi
·
Personil: guru PLB, guru regular, dokter
ahli anak, dokter ahli rehabilitasi medis, doktyer ahli ortopedi, dokter ahli
syaraf, psikolog, guru bimbingan dan oenyuluhan, siosial worker,
fisioteraphist, occupational therapist, speechtherapist, orthotic dan
prosthetic.
2. Pertimbangan
penempatan pendidikan
·
Tingkat intelektual dan kecacatan fifik
anak
·
Kemampuan mengadakan penyesuaian emosi
·
Lokasi tempat tinggal dengan sekolah
·
Latar belakan dan hubungan social dalam
keluarga
3. Program
layanan rehabilitasi
Pendidikan bagi anak tunadaksa yang ideal, lembaga
pendidikannya memiliki beberapa tenaga ahli yang tergabung dan bekerja sebagai
suatu tim rehabilitasi. Viola E. Cardwell (1963) memberikan gambaran anggota
tim rehabilitasi di suatu lembaga yang mendidik anak tunadaksa. Diantaranya
yaitu, physical therapist, occupational therapist, audiologist, speech and
hearing therapist, social worker, and recreational therapist, psychologidt,
teacher of special education, vocational counselor, medical social worker.
Kerja tim rehabilitasi
adalah mencakup perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi program sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing. Hasil assessment yang dilakukan pada awal
program, besar perannya dalam pembuatan kepurtusan untuk program rehabilitasi
anak.
C.
Kelainan
Bawaan (congenital)
pada Anak
Kelainan bawaan atau
kelainan kongenital atau cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa
tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan bawaan dapat disebabkan oleh
keabnormalan genetika, sebab-sebab alamiah atau faktor-faktor lainnya yang
tidak diketahui.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur.
Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir
mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup
berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alami terhadap kelangsungan
hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI
besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering
pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk
menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya
diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban dan darah janin
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat
berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan
kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang
suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi
lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya
dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital
telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital
besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan
kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih
kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar
di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan
kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
D.
Penyebab
congenital
Beberapa
faktor penyebab yang diduga dapat
mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
- Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti
hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan
sebagai unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang sebagai unsur
resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan
kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka
telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan
fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa
contoh kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism)
kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
- Faktor mekanik
Tekanan
mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor
predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya
deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan
talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan
talipes equinovarus (clubfoot)
- Faktor infeksi.
Infeksi
yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi
tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam
pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat
menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya
abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb
virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella
pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai
katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya
kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang
dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin
dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
- Faktor Obat
Beberapa
jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
- Faktor umur ibu
Telah
diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir
Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan
angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko
relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka
keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun,
1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu
berumur 40 – 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
- Faktor hormonal
Faktor
hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes
mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.
- Faktor radiasi
Radiasi
ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
- Faktor gizi
Pada
binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan,
adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan
lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
- Faktor-faktor lain
Banyak
kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri
dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi
faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar