A.
Strategi
Pembelajaran Pendidikan Inklusi
Untuk
menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu
memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang
beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah
inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang
sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan
yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu,
sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi
bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman
sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat
terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan
inklus adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang,
dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun
jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin
(O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai
sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman
seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga
menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak,
sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak,
yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui
pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal)
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini
dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan
anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal
ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan
perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia
(termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan,
memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan
pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan
guru.
Di bawah ini
beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1.
Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya
adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat
dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media,
metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran ,
antara lain:
·
Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi
yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
·
Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi
pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
·
Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi
pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
·
Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal,
kelompok kecil dan individual.
·
Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi
tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah
disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi
individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2.
Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai
denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah
:
·
Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan
tingkat kompleksitas.
·
Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual
semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
·
Berorientasi pada modifikasi proses, content dan
produk.
Model-model layanan yang bias
diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif,
nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
3.
Strategi
pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah
umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar
biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara
lain;
·
Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
·
Strategi kooperatif
·
Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi
pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi
yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat
pendidikan, sebagai berikut:
·
Pendidikan integrasi (terpadu)
·
Pendidikan segresi (terpisah)
·
Penataan lingkungan belajar
5. Strategi
pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk
memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan
model-model pendekatan sebagai berikut;
·
Model biogenetic
·
Model behavioral/tingkah laku
·
Model psikodinamika
·
Model ekologis
6. Strategi
pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
a. Anak
berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial
teaching
b. Anak
berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
c. Anak
berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi
pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi
deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif
dan modifikasi perilaku.
B. Model Pembelajaran Inklusi
Model
pendidikan inklusi pada dasarnya memberikan pelayanan bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di sekolah sekolah umum. Dengan menerapkan model
pembelajaran Kelas reguler dengan pull out. Adapaun model
pelayanan pendidikan inklusi di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.
Kelas reguler (inklusi penuh) Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan
menggunakan kurikulum yang sama.
b.
Kelas reguler dengan cluster Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus.
c.
Kelas reguler dengan pull out Anak berkebutuhan khusus
belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
d.
Kelas reguler dengan cluster dan pull out anak
berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam
kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke
ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
e.
Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian anak
berkebutuhan khusus belajar dalam kelas pada sekolah reguler, namun dalam
bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas regular
f.
Kelas khusus penuhan anak berkebutuhan khusus belajar
di dalam kelas khusus pada sekolah reguler
Ada enggak strategi untuk mengajar anak inklusi?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus