Jumat, 30 November 2012

DAMPAK KETUNAAN PADA ANAK BERBAKAT TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN



A.    Dampak Ketunanetraan pada Anak Berbakat terhadap Aspek-Aspek Perkembangan
Seorang anak berbakat penyandang tuna netra akan mengembnagkan perhatian tentang dunia luar dengan mengandalkan indera lain yang masih berfungsi secara maksimal. Piaget (1965, dalam Singgih D, Gunarsa, 1980) mengemukakan bahwa “ketika seorang anak memiliki skema , yaitu pola-pola gerakan yang diperoleh sejak lahir, skema itu tergabung, tersususn menjai lebih tinggi tingkatannya. Dimana skema itu diperoleh dari interaksi melalui lingkungan melalui akses penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Perabaan hanya memberikan informasi terbatas mengenai ukuran, bentuk, posisi, dan timbangan. Anak berbakat yang mengalami tuna netra tidak mungkin dapat mengamati objek-objek yang jauh dan sulit untuk mmepersepsikan objek yang jauh, bergerak, temperature tinggi, objek ynag rapuh, benda besar dan kecil.
Pendengaran pada anak berbakat sangatlah penting. Pendengaarn pada anak berbakat member informasi tentanga arah dan jarak jika objek itu bersuara. Hilangnya suara akan mengakibatkan mereka putus hubungan dengan lingkungannya ynag akan mengakibatkan kecemasan.
Dalam hal sosioemosional, anak berbakat penyandang tuna netra tidak mampu memperoleh kejelasan tentang situasi tertentu. Ketuna netraan akan menimbulkan kesulitan dalam bidang interaksi denga lingkungannya. Namun jika ketunaan yang diimiliki lebih kecil daripada keberbakatan, dia akan mampu mengatasi kesulitan sosialemosional dan interakksi social dari pada anak tuna netra yang tidak memiliki keberbakatan.
Dari segi perkembangan kreativitas, dimana kreativitas itu harus didukung data dan pengalaman yang dapat diramalkan,  bahwa orang yang sekalipun berbakattetapi mengalami fungsi pengliahatan akan sulit untuk mengembangkan kreativitasnya.

B.     Dampak Ketunarunguan pada Anak Berbakat terhadap Aspek-Aspek perkembangan
Anak berbakat penyandang tuna tuna rungu akan mengalami kesulitan yang sama dengan yang dialami tunarungu pada umumnya, yaitu terisolasi dalam kesunyian, sulit berkomunikasi secara ekspresif maupun reseptif. Mereka juga mengalami kesulitan dalam proses pembentukan pengertian disebabkan oleh terbatasnya pembendaharaan kata yang dimiliki. Karena tuna rungu memilki informasi lingkungan relative lebih sedikitdari pada anak berbakat biasa.
Anak berbakat penyandang tuna rungu memiliki kemampuan yang lebih rendah daripada anak berbakat biasa dan kemunculan kemampuan khususnya pun akan terlambat karena factor kematangan. Anak berbakat penyandang ketunarunguan memiliki banyak persamaan dengan anak berbakat biasa mengenai karakteristik keberbakatan secara umum. Perbedaannya hanya terletak pada pemunculan potensi keberbakatan.

C.    Dampak Ketunadaksaan pada Anak Berbakat terhadap Aspek-Aspek Perkembangan
Beberapa hasil penelitian antara lain Greene( 1978) mengemukakan bahwa anak berbakat penyandang ketunadaksaan , termasuk didalamnya cerebal palsy. Sedangkan polio tidak dimasukkan sebagai anak berbakat penyandang ketunaan. Mereka digolongkan kedalan anak berbakat biasa. Sebab gangguan geraknya tidak menghambat aktualisasi keberbakatan.
Masalah utama yang dihadapi anak berbakat penyandang ketuna daksaan adalah hambatan atau gangguan gerak. Hal ini akan membatasi kemampuan untuk mengeksplorasi lingkungannya sendiri. Akibatnya pengalaman mereka dalam memperoleh kesan tentang dunia sekitarnya sangat terbatas.
Perbedaan ynag jelas antara anak berbakat penyandang tunadaksa dengan anak berbakat biasa adalah pada perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif anak tunadaksa berbakat akan lebih lambat daripada perkembangan kognitif anak berbakat normal. Hambatan perkembangan kognitif erat kaitannya dengan gangguan persepsi yang merupakan proses masuknya informasi dan instrument penting dalam proses pembentukan pengertian.
Keterbatasan gerak anak berbakat penyaandang ketunadaksaan berakibat pada aspek sosioemosional . Sempitnya ruang gerak akan membatasi aktivitas sosialnya. Keunggulan yang dimiliki anak berbakat ini akan sulit untuk dikenali, sebab yang menonjol kepermukaan hanya ketunaanya saja, sehingga orang akan melihatnya sebagai anak tunadaksa saja. Bukan sebagai anak berbkat.

D.    Dampak Ketunalarasan pada Anak Berbakat terhadap Aspek-Aspek Perkembangan
Anak berbakat yang memiliki ganguan emosi menunujukkan kemampuan kecerdasan dan kemampuan perkembangan kogitifnya yang sama atau sebanding dengan anak berbakat biasa dalam hal keterampilan avaluatif, namun pada umumnya mereka tidak dapat menunujukkan prestasi belajar yang sepadan dengan keunggulannya.
Anak berbakat penyandang tuna laras mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri engan lingkungannya karena mereka sering terabaikan atau tidak mendapat perhatian. Mereka biasanya juga akan menutup diri terhadap lingkungan. Anak berbakat yang mengalami gangguan emosi akan berpengaruh pada perkembangan imajinasi dan kreativitas.

E.     Dampak Kesulitan Belajar pada Anak berbakat terhadap Aspek-Aspek Perkembangan
Masalah yang terjadi pada anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar karena mengalami fungsibelahan otak sebelah kiri ketinggalan oleh kemajuan fungsi otak sebelah kanan. Anak yang mengalami kesulitan belajar bahasa akan mengalami kesulitan belajar hal-hal ynag bersifat logis dan sistematis. Sementara kreativitasnya akan dapat berkembnag seperti anak berbakat biasa. Kesulitan belajar yang dimiliki sudah pasti akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Dampak lain yang dimiliki anak berbakat penyandang kesulitan belajar yaitu ketidakluwesan dalam berfikir. Dengan kata lain dia mengalami kesulitan dalam berfikir fleksibel.
Anak berbakat penyandang kesulitan belajarmengalami kesulitan dalam penyesuaian baik secara akademik maupun social. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mencapai sukses dalam belajar. Perkembangan kreativitas anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar tidak mengalami hambatan (tidak berbeda dengan anak biasa).

Rabu, 21 November 2012

Dampak Ketunaan terhadap Keberbakatan



Keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir maupun yang  merupakan pengaruh dari lingkungan, Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan atau kecenderungan kebudayaan di mana seseorang yang berbakat itu berada.
Ketunaan adalah individu yang memerlukan pendidikan khusus, mereka yang secara signifikan berada di luar rerata normal, baik dari segi fisik,  inderawi, sosial, dan emosi (kecuali mental) sehingga memerlukan pelayanan khusus, agar dapat tumbuh dan berkembang secara sosial, ekonomi, budaya, dan religi bersama-sama dengan masyarakat di sekitarnya
Ada lima anak berbakat yang menyandang ketunaan, yaitu anak berbakat penyandang tunanetra, anak berbakat penyandang tunarungu, anak berbakat penyandang tunadaksa, anak berbakat penyandang kesulitan belajar.

A.    Dampak ketunanetraan terhadap keberbakatan
Ketunanetraan merupakan kekurangan (tuna), sedangkan keberbakatan merupakan kelebihan (unggul). Hilangnya fungsi penglihatan akan memunculkan tiga masalah atau kesukaran bagi tunanetra, termasuk anak berbakat yang mengalami kehilangan fungsi penglihatan, yaitu keterbatasan dalam perkembangan kognitif, keterbabatasan dalam orientasi dan mobilitas, serta keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan.
Seorang anak berbakat penyandang tunanetra secara potensial sama seperti anak berbakat yang tidak menyandang tunanetra. Mereka memiliki potensi unggul yang menurut Conny Semiawan (1995 ) ditandai oleh dua ciri utama, yaitu :
1.      Keberbakatan memiliki ciri universal yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir maupun yang dipengaruhi oleh lingkungan.
2.      Keberbakatan itu juga dibatasi oleh kebutuhan dan kecendrungan kebudayaan dimana seorang berbakat tinggal.
Dalam menelaah dampak ketunanetra terhadap keberbakatan kita kembali kepada konsep keberbakatan yaitu :
1.      Kemampuan jauh di atas rata-rata
2.      Kreativitas
3.      Pengikatan diri pada tugas
Dari tiga konsep diatas yang menjadi dampak yang paling besar dari ketunanetraan terhadap keberbakatan terletak pada matra kedua yaitu kreativitas. Sedangkan dampak terhadap matra lain tidak begitu jelas.
Beberapa alasan yang mendasari pernyataan tersebut diatas merunjuk pada rumusan konsep kreativitas yang dikemukakan para ahli ( S.C. Utami Munandar, 1995 . kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi , atau unsur-unsur yang ada( S.C. Utami Munandar, 1995 ). Seorang tunanetra mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi secara utuh, akibatnya akan mengalami kesulitan pula dalam pembentukan konsep- konsep dan pengertian-pengertian. Oleh karena itu, data, pengalaman, dan pengetahuaanya sangat terbatas, tidak selengkap orang awas. Jika kreativitas dan proses kreatif itu harus didukung data dan pengalaman yang memadai dapat diramalkan bahwa seorang yang sekalipun berbakat tetapi mengalami kehilangan fungsi penglihatan, akan mengalami kesukaran dalam mengekspresikan kreativitasnya.

B.     Dampak ketunarunguan terhadap keberbakatan
Kehilangan pendengaran yang dialami oleh seseorang dapat mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari- hari bagi orang yang menyandangnya. Anak berbakat penyandang tunarungu mengalami kesulitan dalam proses pembentukan pengertian. Ini disebabkan oleh terbatasnya perbendaharaan kata yang dimiliki, terutama istilah atau kata- kata yang besifat abstrak, oleh karena anak tunarungu memiliki data dan informasi mengenai lingkungan sekitar relatif lebih sedikit dari pada anak berbakat biasa. Keterbatasan informasi yang dapat diterima oleh anak tunarungu melalui indera pendengarannya, berakibat langsung kepada perkembangan kognitif. Sementara perkembangan kognitif ada kaitannya dengan kreativitas.
Marker ( 1982, dalam Siks 1987 ) menjelaskan bahwa anak berbakat penyandang ketunarunguan, yang memiliki IQ yang sama dengan anak berbakat biasa, kemampuan kreativitasnya lebih rendah dari pada anak berbakat yang normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak berbakat penyandang ketunarunguan lebih lambat dari pada anak berbakat yang biasa. Ini disebabkan karena faktor kematangan. Keadaan ini menyebabkan kesulitan untuk mengenal anak berbakat penyandang ketunarungu. Orang akan lebih cepat melihat ketunarunguan dari pada keunggulan potensi yang dimilikinya. Kondisi seperti ini menyebabkan potensi keberbakatannya tidak dapat dimanfaatkan. Hasil penelitian Marker ( 1982, dalam Sisk, 1987 ) menunjukkan bahwa anak berbakat penyandang ketunaan termasuk berbakat penyandang tunarungu memiliki banyak kesamaan dengan anak berbakat biasa mengenai karakteristik keberbakatan secara umum . perbedaannya terletak terutama pada pemunculan potensi keberbakatan.

C.    Dampak ketunadaksaan terhadap keberbakatan
Secara umum dikenal dua macam ketunadaksaan. Pertama, ketunadaksaan yang disebabkan oleh karena penyakit polio. Kedua, ketunadaksaan yang disebabkan oleh gangguan neurologis. Anak berbakat penyandang ketunadaksaan yang dimaksud disini berkenaan dengan cerebral palsy dengan segala variasinya. Greene (1978 menemukan bahwa kelompok anak berbakat penyandang ketunadaksaan, termasuk didalamnya cerebral palsy. Sedangkan anak berbakat penyandang polio tidak dimasukkan atau dikategorikan sebagai anak berbakat penyandang ketunaan. Mereka digolongkan sebagai anak berbakat biasa, sebab gangguan gerak karena penyakit polio tidak menghambat aktualisasi keberbakatan.
Masalah utama yang dialami anak berbakat penyandang tunadaksa adalah hambatan atau gangguan gerak. Ketidakmampuan dalam gerak membatasi anak untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkugannya sendiri. Akibatnya dalam memperoleh kesan tentang dunia sekitarnya sangat terbatas, sementara pengalaman gerak erat kaitannya dengan perkembangan kognitif( kephart, dalam Myers 1976). Sequin berpendapat bahwa anak memperoleh kesan tentang dunia melalui motorik. Anak berbakat penyandang tunadaksa perkembangan kognitifnya akan lebih lambat dari pada anak berbakat biasa.
Hambatan perkembangan fungsi kognitif erat kaitannya dengan gangguan persepsi. Persepsi merupakan proses masuknya informasi dan instrumen penting dalam proses pembentukan pengertian. Keterbatasan gerak anak berbakat penyandang tunadaksa berakibat pada aspek sosioemosional. Sempitnya ruang gerak anak membatasi aktivitas sosial. Hal ini erat kaitannya dengan penyesuian sosial terhadap lingkungannya.

D.    Dampak ketunalarasan terhadap keberbakatan
Secara garis besar ketunalarasan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu tunalaras karena gangguan emosi dan tunalaras karena gangguan perkembangan sosial. Kedua kelompok tersebut menunjukkan gejala yang sama yaitu gangguan tingkah laku. Menurut hasil penelitian Meeker ( 1969 ) menunjukan bahwa anak berbakat penyandang ketunalarasan termasuk kelompok pertama, yaitu yang mengalami gangguan emosi. Anak yang mengalami gangguan emosi menunjukkan perilaku menarik diri dari lingkungan yang ditandai oleh beberapa ciri, misalnya sukar bergaul, sukar berkomunikasi dengan orang lain, sukar menyendiri. Anak yang menarik diri cendrung tidak memiliki keterampilan sosial. Mereka sering ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya.
Anak berbakat yang mengalami gangguan emosi menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan dan keterampilan lainnya sebanding dengan anak berbakat biasa. Anak berbakat yang mengalami gangguan emosi menunjukkan kecemasan dalam melaksanakan tugas- tugas disekolah dan dalam berhubungan dengan orang lain dan teman sebaya. Bentuk lain dari gangguan emosi adalah depresi. Anak yang mengalami gangguan emosi mempunyai masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental yang serius, ia tidak tampak gembira dan menunjukkan kesedihan yang mendalam. Secara umum anak yang mengalami depresi tidak memiliki minat belajar, bergaul, memiliki konsep diri yang negatif, memiliki perasaan ditolak dan tidak dicintai. Lekas marah dan menunjukkan perilaku yang kompulsif.
Anak berbakat yang mengalami gangguan emosi, kemampuan imajinatif- kreatifnya tidak berkembang dengan baik. Damapk lain dari ketunalarasan terhadap anak berbakat terjadi pada aspek motivasi. Seperti memiliki minat belajar yang rendah, sebab motivasi dan minat belajar termasuk ranah afeksinya terganggu maka akan terjadi gangguan pula pada motivasinya.
E.     Dampak kesulitan belajar terhadap keberbakatan.
Keberbakatan merupakan keunggulan sedangkan kesulitan belajar merupakan kelemahan yang berpangkal pada aspek yang sama yaitu pada aspek kognitif. Myers ( 1986 ) menjelaskan bahwa kesulitan belajar menunjukkan gangguan dalam salah satu atau lebih proses psikologis dasar meliputi pemahaman dalam menggunakan bahasa lisan atau tulisan. Anak berbakat yang mengalami kesulitan belajar mengalami disintegrasi dua belahan otak. Belahan otak sebelah kanan yang bersifat imajinatif- intuitif berkembang sangat menonjol , sementara belahan otak sebelah kiri yang bersifat verbal, analitis, dan rasional tidak berkembang sejalan dengan belahan otak sebelah kanan.
Kesulitan belajar akan memberikan dampak kepada keberbakatan, terutama pada perkembangan perbendaharaan kata, kecepatan reaksi, fleksibilitas.
a.       Perbendaharaan kata
Ketidakmampuan dalam hal berbahasa, baik secara reseptif maupun secara ekspresif. Ketidakmampuan itu terutama tidak dapat membedakan antara bagian yang pokok dengan bagian yang tidak penting dalam bacaan dengan menggunakan bahasa kiasan. Mereka cendrung tidak mampu memahami variasi arti kata, nuasa dan sindiran. Bahasa kiasan sulit dipahami meskipun mereka anak berbakat.
b.      Kecepatan reaksi
Anak berbakat yang yang mengalami kesulitan belajar mereka dalam banyak hal cendrung ragu-ragu.
c.       Fleksibilitas
Cara berfikir anak kesulitan belajar tidak luwes. Ia akan cenderung pada cara tertentu yang sudah biasa dalam memecahkan masalah. Ketika ada masalah yang memerlukan modifikasi cara pemecahan masalah , mereka umumnya gagal untuk melaksanakan tugas itu. Artinya anak seperti ini pikirannya sulit berpindah dari satu situasi ke situasi lainnya.

Sabtu, 10 November 2012

MELIHAT ANAK ADHD DARI KACA MATA ORANG LAIN


Bagi kebanyakan orang, melihat perilaku anak ADHD pasti terasa aneh. Bahkan mungkin menyebalkan! Bagaimana tidak, Selain tak bisa diam, anak ADHD cenderung melawan segala tatanan yang ada. Pokoknya tidak bisa diatur!
KALI ini kita mencoba mendengar pendapat orang lain mengenai anak-anak ADHD yang cenderung meningkat populasinya.
Menurut para ahli prana, anak indigo adalah generasi masa kini yang dilahirkan saat ini dan sebagian besar baru berusia 9 tahun atau di bawahnya.
Mereka berbeda dengan anak-anak lain.
Warna indigo atau nila terbentuk dari pertemuan warna violet dan biru dalam sebuah spektrum warna. Indigo adalah warna cakra ajna atau "mata ketiga" sebagian karena letaknya yang berada di depan kelenjar pineal dan di antara alis, dan sebagian lagi karena ajna diasosiasikan dengan penglihatan paranormal dan kemampuan psikis - melihat melampaui kemampuan mata biasa sedangkan biru merupakan warna transisi menuju "dunia lain" - indigo adalah dunia lain itu.
Indigo juga merupakan warna gabungan. Menggabungkan yang "nampaknya" - terpisah - norma yang tidak terselubung menjadi lengkap atau menyeluruh. Hal ini melalui kesadaran batin manusia sebagai "mengetahui" - tetapi bukan mengetahui sebagaimana Anda saat ini
Menurut Cynthia Sue Larson, Lee Carol dan Jan Tober - orang-orang yang memperkenalkan keberadaan anak Indigo melalu bukunya The Indigo Childrens, The New Kids Have Arrived - - anak Indigo mempunyai ciri-ciri unik, berbeda dengan mereka anak-anak generasi sebelumnya. Sebutan buat mereka juga menggambarkan warna kehidupan yang disandang auranya. Mereka adalah anak-anak yang seringkali memberontak, tidak patuh pada norma-norma sosial dan adat istiadat, emosional, dan terkadang memiliki fisik yang peka dan rapuh, sangat berbakat, cerdas serta dikaruniai bakat metafisik, biasanya intuitif.
Karena itu sering dianggap sebagai ADD (attention deficit disorder), karena memang sulit memusatkan perhatian. Bisa saja mereka sangat empati dan perasaan belarasa yang tinggi, dingin seperti tak berperasaan. Tingkat kepekaannya ekstrim, sulit difahami. Anugerah bakatnya luar biasa, namun, keytidakpastian pada nilai-nilai sosial membuatnya berkesulitan dalam perjalanan hidupnya. Mereka pasti memerlukan orang lain untuk mendorong ke arah masa depan yang menjanjikan. Anak Indigo 85% lahiir 1992, 90% lahir 1994 dan 95% ke atas. Walaupun begitu, dilaporkan bahwa anak indigo telah ada sejak 1980, walaupun tidak sebanyak yang disebutkan tadi.

Inilah ciri-ciri anak Indigo :
  1. Selalu ingin diperlakukan sebagai raja
  2. Merasa pantas berada di dunia ini
  3. Memiliki rasa yang jelas mengenai dirinya
  4. Bermasalah dengan disiplin dan otoritas
  5. Suka menolak instruksi
  6. Tersiksa bila harus antri
  7. Frustasi pada tata cara yang bersifat ritual pada hal hanya dibutuhkan sedikit kreativitas
  8. Tidak patuh pada norma-norma sosial
  9. Menolak mengakui kesalahan
  10. Gampang bosan
  11. Sulit berkonsentrasi
  12. Sangat kreatif
  13. Intuisinya tajam
  14. Empatinya tinggi
  15. Pemikiran abstraknya ….
  16. Sangat cerdas
  17. Sangat berbakat (gifted)
  18. Sering melamun
  19. Memiliki pandangan yang dewasa
  20. Memiliki kecerdasan spiritual
Tulisan ini tidak memiliki maksud-maksud tertentu. Hanya sekadar ingin membuka wawasan bahwa ada “kacamata” lain dalam melihat anak-anak ADHD. Itu Saja.