Kamis, 19 April 2012

Penyuluhan Masyarakat untuk Kesejahteraan Penyandang Gangguan Penglihatan dan Etika Terhadap Gangguan Penglihatan.


A.    Sasaran Penyuluhan
         Sasaran penyuluhan masyarakat untuk kesejahteraan penyandang gangguan penglihatan yaitu  praktisi yang mempunyai kepedulian terhadap anak bergangguan penglihatan.

B.     Materi Penyuluhan
         Materi penyuluhan yang akan diberikan kepada praktisi yang mempunyai kepedulian terhadap anak bergangguan penglihatan yaitu :
1.      Alat Bantu Baca Dan Tulis bagi anak bergangguan penlihatan
Masyarakat tunanetra mungkin mengalami hambatan dalam menerima informasi, namun disisi lain mereka juga memiliki kelebihan, berupa sensasi taktil dan pendengaran yang tajam. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tunanetra umumnya menggunakan sistem Braille untuk memperoleh informasi baru.
Sistem Braille adalah salah satu metode yang diperkenalkan secara luas bagi masyarakat tunanetra yang digunakan untuk membaca dan menulis. Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1821 oleh Louis Braille, seorang tunanetra yang berasal dari Prancis. Setiap karakter atau sel didirikan dari 6 posisi titik, yang disusun segitiga dan mencakup 2 kolom setiap tiga titik. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.
2.      Oral Higiene
Oral higiene adalah suatu tindakan atau praktek untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari kerusakan gigi dan jaringannya serta menghindari bau nafas. Status oral higiene pasien dinilai berdasarkan banyak atau sedikitnya penumpukan plak, debris makanan, materi alba dan stein pada permukaan gigi. Penumpukan plak diperiksa dengan bantuan bahan pewarna plak atau dikenal dengan disclosing solution. Lokasi dari penumpukan plak dan iritan lokal lain kadang-kadang bisa menjadi petunjuk adanya faktor pendorong. Misalnya penumpukan plak pada satu sisi berkaitan dengan kebiasan mengunyah pada sebelah sisi. Tetapi, pada umumnya plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai kebersihan mulut.

C.    Strategi Penyuluhan atau Metode Penyuluhan
         Penyuluhan merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengubah prilaku ke arah prilaku sehat. Penyuluhan kesehatan gigi merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengubah prilaku sehingga memperoleh tingkat kesehatan gigi yang baik.
         Metode penyuluhan sangatlah menentukan keberhasilan dari suatu penyuluhan, sehingga pemilihan metode haruslah dipilih dengan cermat dan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan instruksional khusus ( TIK ), yaitu:
1.      Metode yang digunakan untuk membentuk pengetahuan yaitu :
a.       Ceramah adalah salah satu cara pendidikan kesehatan yang di dalamnya kita menerangkan atau menjelaskan sesuatu secara lisan disertai tanya jawab, diskusi dengan sekelompok pendengar serta dibantu dengan beberapa alat peraga yang dianggap perlu.
b.      Tanya jawab adalah proses interaksi warga belajar yang berisi pertanyaan - pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban dari topik belajar tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Metode yang digunakan untuk membentuk keterampilan yaitu :
            Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan, atau menggunakan suatu prosedur.

3.      Metode yang digunakan untuk membentuk sikap yaitu :
a.       Permainan (role playing) adalah metode yang dalam pelaksanaannya sasaran harus memerankan satu atau beberapa peran tertentu.
b.      Simulasi adalah suatu metode yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan aktualisasi dan praktik dalam situasi secara keseluruhan atau sebagian merupakan tiruan dari situasi sebenarnya.

D.    Etika Terhadap Anak Bergangguan Penglihatan
         Ketika bertemu tunanetra yang sedang berjalan sendirian di jalan, mal, atau di tempat-tempat umum lainnya, dan ingin membantunya, apa yang harus kita lakukan dan bagaimana caranya?

         Pertama, sapalah dia terlebih dahulu. Caranya, sentuhlah lengan atau bahunya, agar ia tahu bahwa Anda sedang berbicara dengannya. Akan lebih baik jika Anda menyebutkan atau memperkenalkan siapa Anda. Misalnya, dengan menyebut nama Anda.

         Tanyakan “Apa ada yang bisa dibantu?” atau, “Mau ke mana, bisa saya bantu?”.
Jika ia bersedia dibantu, misalnya ia mengharapkan Anda mengantarnya ke suatu tempat, yang harus Anda lakukan adalah:
·         Izinkan ia memegang lengan Anda. Bisa lengan kanan atau lengan kiri. Caranya, bisa dengan mengatakan “Silakan pegang lengan saya”.
·         Berjalanlah bersamanya menuju tempat yang ia inginkan, dengan posisi Anda berada satu langkah di depan si tunanetra.
·         Dengan posisi seperti ini, si tunanetra akan dapat merasakan gerak-gerik tubuh Anda jika naik atau turun tangga, berbelok ke kanan atau ke kiri.
·         Tetaplah berkomunikasi dengan dia, termasuk menginformasikan jika ada halangan atau rintangan yang akan dilewati.
·         Jika si tunanetra akan duduk, bantulah ke tempat duduk tersebut. Untuk membantu duduk, cukup dengan menyentuhkan tangan si tunanetra ke tempat duduk kursi atau sandaran kursi. Selanjutnya biarkan si tunanetra duduk sendiri.
Yang tidak boleh Anda lakukan, dan ini sering terjadi, adalah:
·         Memandu tunanetra dengan memegang tongkatnya. Atau, Andalah yang memegang tangan si tunanetra. Cara ini sebenarnya tidak aman atau membahayakan si tunanetra. Dengan memegang tongkatnya atau dengan Anda memegang tangan si tunanetra, ia tidak akan dapat merasakan gerak-gerik tubuh Anda. Hal ini berpotensi membuatnya menabrak atau bahkan jatuh.
·         Membantu tunanetra duduk dengan mendudukkan badannya ke kursi. Hal ini membuat si tunanetra merasa tidak nyaman.
Cara membantu tunanetra jika ia akan makan pada suatu acara jamuan:
·         Informasikan makanan apa saja yang disajikan.
·         Tanyakan makanan apa yang ingin ia makan.
·         Posisikan makanan-makanan tersebut di atas piring sesuai posisi jarum jam.
·         Misalnya, nasi di posisi jam 6, daging di jam 12, sayur di jam 3, dan sambal di jam 9.
·         Informasikan seluruh posisi makanan tersebut kepada si tunanetra.
Dengan begitu dia dapat makan dengan nyaman dan tidak akan salah dengan langsung menyuap sambal, misalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar