Rabu, 25 April 2012

Diskriminasi Identitas Di Kota Hindustan Kosmopolitan


Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk kembali dari Apartemen Azad ke Sancharlok, dua bangunan perumahan di Timur Delhi. Semua orang hanya perlu untuk menyeberangi lalu lintas jalan utama yang sibuk. Tetapi bagi seorang wanita, hal yang lebih besar harus dilakukannya: dia harus menjadi seseorang ‘dengan’ nama lain.
Dia dipanggil sebagai Salma ketika ia bekerja di suatu rumah, namun kemudian ia ‘menjelma’ sebagai  Seema ketika bekerja di rumah yang lain.
“Ketika saya baru datang di Delhi, saya dikeluarkan dari pekerjaan beberapa kali karena nama saya. Kemudian saya memutuskan untuk hidup dengan identitas ganda, “ujar Salma, yang menolak untuk memberikan  nama lengkap atau fotonya.
“Sekarang saya terlihat seperti Hindu untuk majikan Hindu dan umat Islam bagi yang Muslim.”
Pergantian identitas Itu adalah satu-satunya jaminan baginya untuk mendapatkan perlakukan adil di sebuah kota yang masih memiliki prasangka primitif dengan ambisi kosmopolitan.
“Tidak ada pilihan, saya memiliki empat anak-anak untuk diberi makan,” kata Salma yang bekerja sebagai pembantu ketika menunggu di halte bis (sebagai Seema) untuk menjemput anak majikannya yang mana ibunya sendiri sibuk bekerja.
Berharap ‘permainan nama’ ini hanya dialami dalam hidupnya, Salma memutuskan untuk memberi ‘nasib’ lain bagi nama anak-anaknya. Salma telah memberikan nama yang ‘lebih netral’ kepada keempat anak-anaknya sehingga mereka tidak perlu melakukan apa yang dia lakukan. Mereka diberi nama Prince, Beauty, Fairy dan Bobby.
Salma adalah wanita yang sangat pandai ‘beradaptasi’ hingga meskipun ia seorang muslimah, ia juga dapat melafalkan Kalisa Hanoman.
Suami Salma, Mohammad Razzak adalah seorang penarik becak, dan sejak awal ia telah menolak melakukan ‘kompromi’ serupa. Karen hal itulah, Salma menilai sebagai ‘alasan satu-satunya’ kenapa hingga kini suaminya masih menganggur.  Meskipun sulit untuk memastikan pernyataan tersebut.
“Dia kehilangan pekerjaan di sebuah toko karena namanya. Sayalah yang harus membereskan semuanya untuk dia. Saya minta dia untuk mengatakan bahwa namanya adalah Vijay”kata Salma.
“Tetapi ia tidak mau. Sekarang, beban rumah tangga sebagian besar diletakan di atas bahu saya. “
Harinya dimulai sebagai Seema pada jam 8 di pagi hari, ketika ia menyiapkan sarapan dan mencuci piring di rumah sebuah keluarga Punjabi di Apartemen Indraprastha. Pada siang hari, ia menjadi Salma dan harus buru-buru ke keluarga Haq di Apartemen Azad di mana ia akan menyiapkan makan siang. Pergantian tersebut terjadi beberapa kali dalam sehari.
“Mungkin tidak semua orang bersikap tidak adil, namun alangkah baiknya untuk berada di sisi yang aman. Saya harus bekerja untuk menjaga dapur saya tetap mengepulkan asap. Beberapa keluarga Hindu di mana saya telah bekerja selama lebih dari tujuh tahun mengetahui bahwa saya seorang Muslim, namun mereka masih mempercayai saya, “katanya.
“Sekali pernah sebuah keluarga melemparkan saya dari pekerjaan setelah dua tahun kemudian, ketika mereka mengetahui kenyataan tersebut. Tetapi dalam waktu tiga bulan mereka memanggil saya kembali, mereka tidak dapat melakukan apapun tanpa saya.”
Meski demikian, Salma tidak pernah mengeluh.
“Masih lebih baik di Delhi. Di desa Bengali barat, bahkan ada jalan yang terpisah untuk umat Islam dan Hindu. Kami bahkan tidak diizinkan untuk mengisi air dari keran yang sama,” ujarnya.
“Sementara di sini telah beberapa kali saya keluar dari masalah, bahkan setelah identitas asli saya diketahui.”
Sungguh seolah tak bisa dipercaya menerima kenyataan bagaimana seorang harus mengganti nama demi mempertahankan kehidupannya, demi memberi makan anak-anak dan keluarganya, terutama di era modern seperti ini.
Delhi, yang merupakan daerah perkotaan yang modern, semestinya lebih mampu menghargai dan bertoleransi dengan perbedaan budaya dan bukannya terkikis oleh tradisi kepercayaan akan batas kasta yang mengerutkannya menjadi sebuah kota dengan pemikiran primitif. (artikelmuslimah.wordpress.com/)

Kamis, 19 April 2012

Penyuluhan Masyarakat untuk Kesejahteraan Penyandang Gangguan Penglihatan dan Etika Terhadap Gangguan Penglihatan.


A.    Sasaran Penyuluhan
         Sasaran penyuluhan masyarakat untuk kesejahteraan penyandang gangguan penglihatan yaitu  praktisi yang mempunyai kepedulian terhadap anak bergangguan penglihatan.

B.     Materi Penyuluhan
         Materi penyuluhan yang akan diberikan kepada praktisi yang mempunyai kepedulian terhadap anak bergangguan penglihatan yaitu :
1.      Alat Bantu Baca Dan Tulis bagi anak bergangguan penlihatan
Masyarakat tunanetra mungkin mengalami hambatan dalam menerima informasi, namun disisi lain mereka juga memiliki kelebihan, berupa sensasi taktil dan pendengaran yang tajam. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tunanetra umumnya menggunakan sistem Braille untuk memperoleh informasi baru.
Sistem Braille adalah salah satu metode yang diperkenalkan secara luas bagi masyarakat tunanetra yang digunakan untuk membaca dan menulis. Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1821 oleh Louis Braille, seorang tunanetra yang berasal dari Prancis. Setiap karakter atau sel didirikan dari 6 posisi titik, yang disusun segitiga dan mencakup 2 kolom setiap tiga titik. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol matematika dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.
2.      Oral Higiene
Oral higiene adalah suatu tindakan atau praktek untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari kerusakan gigi dan jaringannya serta menghindari bau nafas. Status oral higiene pasien dinilai berdasarkan banyak atau sedikitnya penumpukan plak, debris makanan, materi alba dan stein pada permukaan gigi. Penumpukan plak diperiksa dengan bantuan bahan pewarna plak atau dikenal dengan disclosing solution. Lokasi dari penumpukan plak dan iritan lokal lain kadang-kadang bisa menjadi petunjuk adanya faktor pendorong. Misalnya penumpukan plak pada satu sisi berkaitan dengan kebiasan mengunyah pada sebelah sisi. Tetapi, pada umumnya plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai kebersihan mulut.

C.    Strategi Penyuluhan atau Metode Penyuluhan
         Penyuluhan merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengubah prilaku ke arah prilaku sehat. Penyuluhan kesehatan gigi merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat mengubah prilaku sehingga memperoleh tingkat kesehatan gigi yang baik.
         Metode penyuluhan sangatlah menentukan keberhasilan dari suatu penyuluhan, sehingga pemilihan metode haruslah dipilih dengan cermat dan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tujuan instruksional khusus ( TIK ), yaitu:
1.      Metode yang digunakan untuk membentuk pengetahuan yaitu :
a.       Ceramah adalah salah satu cara pendidikan kesehatan yang di dalamnya kita menerangkan atau menjelaskan sesuatu secara lisan disertai tanya jawab, diskusi dengan sekelompok pendengar serta dibantu dengan beberapa alat peraga yang dianggap perlu.
b.      Tanya jawab adalah proses interaksi warga belajar yang berisi pertanyaan - pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban dari topik belajar tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Metode yang digunakan untuk membentuk keterampilan yaitu :
            Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan, atau menggunakan suatu prosedur.

3.      Metode yang digunakan untuk membentuk sikap yaitu :
a.       Permainan (role playing) adalah metode yang dalam pelaksanaannya sasaran harus memerankan satu atau beberapa peran tertentu.
b.      Simulasi adalah suatu metode yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan aktualisasi dan praktik dalam situasi secara keseluruhan atau sebagian merupakan tiruan dari situasi sebenarnya.

D.    Etika Terhadap Anak Bergangguan Penglihatan
         Ketika bertemu tunanetra yang sedang berjalan sendirian di jalan, mal, atau di tempat-tempat umum lainnya, dan ingin membantunya, apa yang harus kita lakukan dan bagaimana caranya?

         Pertama, sapalah dia terlebih dahulu. Caranya, sentuhlah lengan atau bahunya, agar ia tahu bahwa Anda sedang berbicara dengannya. Akan lebih baik jika Anda menyebutkan atau memperkenalkan siapa Anda. Misalnya, dengan menyebut nama Anda.

         Tanyakan “Apa ada yang bisa dibantu?” atau, “Mau ke mana, bisa saya bantu?”.
Jika ia bersedia dibantu, misalnya ia mengharapkan Anda mengantarnya ke suatu tempat, yang harus Anda lakukan adalah:
·         Izinkan ia memegang lengan Anda. Bisa lengan kanan atau lengan kiri. Caranya, bisa dengan mengatakan “Silakan pegang lengan saya”.
·         Berjalanlah bersamanya menuju tempat yang ia inginkan, dengan posisi Anda berada satu langkah di depan si tunanetra.
·         Dengan posisi seperti ini, si tunanetra akan dapat merasakan gerak-gerik tubuh Anda jika naik atau turun tangga, berbelok ke kanan atau ke kiri.
·         Tetaplah berkomunikasi dengan dia, termasuk menginformasikan jika ada halangan atau rintangan yang akan dilewati.
·         Jika si tunanetra akan duduk, bantulah ke tempat duduk tersebut. Untuk membantu duduk, cukup dengan menyentuhkan tangan si tunanetra ke tempat duduk kursi atau sandaran kursi. Selanjutnya biarkan si tunanetra duduk sendiri.
Yang tidak boleh Anda lakukan, dan ini sering terjadi, adalah:
·         Memandu tunanetra dengan memegang tongkatnya. Atau, Andalah yang memegang tangan si tunanetra. Cara ini sebenarnya tidak aman atau membahayakan si tunanetra. Dengan memegang tongkatnya atau dengan Anda memegang tangan si tunanetra, ia tidak akan dapat merasakan gerak-gerik tubuh Anda. Hal ini berpotensi membuatnya menabrak atau bahkan jatuh.
·         Membantu tunanetra duduk dengan mendudukkan badannya ke kursi. Hal ini membuat si tunanetra merasa tidak nyaman.
Cara membantu tunanetra jika ia akan makan pada suatu acara jamuan:
·         Informasikan makanan apa saja yang disajikan.
·         Tanyakan makanan apa yang ingin ia makan.
·         Posisikan makanan-makanan tersebut di atas piring sesuai posisi jarum jam.
·         Misalnya, nasi di posisi jam 6, daging di jam 12, sayur di jam 3, dan sambal di jam 9.
·         Informasikan seluruh posisi makanan tersebut kepada si tunanetra.
Dengan begitu dia dapat makan dengan nyaman dan tidak akan salah dengan langsung menyuap sambal, misalnya.

Minggu, 08 April 2012

Tuna Rungu dengan Segudang Prestasi

Tuna Rungu dengan Segudang Prestasi
Dian Inggrawati


Dian Inggrawati Soebangil memang luar biasa. Terlahir dengan keterbatasan, tak membuat dia membatasi hidupnya. Dian malah memerangi keterbatasan yang ada dan meraih sederet prestasi menganggumkan.

Menurut Ratih Prasidhawati Hermawan, ibunda Dian, sejak kecil putrinya sudah menunjukkan berbagai bakat. Lebih dari 400 piala untuk lomba lukis, tari, masak, dan fashion show diraih wanita berusia 27 tahun itu.

"Dia harus percaya diri. Itu yang saya tanamkan kepada dia. Jika orang lain bisa, dia juga bisa," kata Ratih.

Ratih mengungkapkan, sewaktu mengandung Dian delapan bulan, dirinya terjatuh dalam selokan. Musibah itu ternyata merusak gendang telinga Dian. Anaknya hanya bisa mendengar suara yang sangat keras.

Namun Dian tak minder. "Saya memiliki telinga kiri 90 desibel, kalau kanan hanya 55 desibel. Tapi telinga kiri tetap bisa mendengar, kalau telinga kanan sudah tidak bisa mendengar," ujar Dian.

Prestasi Dian seolah tak bisa dibendung. Pada Juli 2011, ia mengikuti kontes Miss Deaf World di Praha, Chechoslovakiam dan berhasil meraih second runner up atau juara ketiga. Padahal ini pertama kali Indonesia ikut serta dalam ajang internasional yang diikuti 38 negara tersebut.

"Semua orang bertepuk tangan saat itu. Saya sampai tak percaya jika anak yang berdiri di depan itu Dian," ujar Ratih.

Dalam ajang tersebut, sarjana desain komunikasi visual ini membawakan tarian Betawi dengan pesan khusus kepada dunia. "perasaan saya senang dan saya sangat bangga mewakili Indonesia karena itu mengharumkan nama Indonesia. Saya benar-benar percaya diri karena inspirasi bagi semua orang," ungkap Dian.

Sambil terus memotivasi kaum difabel, hari-hari Dian kini diisi dengan melakukan kegiatan yang ia sukai. Dian biasa menjahit, merajut, menggambar, atau mendesain di komputer. Dia jgua kerap berolah raga, seperti lari pagi dan berenang.

Dian berencana membuka rumah mode khusus tuna rungu dan menyelenggarakan pemilihan Putri Tuna Rungu Indonesia. Hal ini untuk mempersiapkan penerusnya di Miss Deaf World agar ada yang kembali mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.(ULF)