Selasa, 10 Desember 2013

Mata Kuliah Ortopedi


A.    Tujuan Mata Kuliah Ortopedi

Tujuan pelayanan pendidikan bagi ABK tidak berbeda dengan tujuan pendidikan secara umum, yaitu: “Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (UU Sisdiknas No. 20/2003). Maka untuk dapat menjadi guru  professional,  Anda diharapkan dapat  memahami bagaimana memberi layanan  ABK. Sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen yang positif demi terwujudnya manusia Indonesia secara utuh yakni manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, trampil dan berbudipekerti yang luhur serta  bertanggung jawab atas dirinya dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya. 
Tujuan pendidikan anak tuna daksa bersifat ganda, yaitu:
1.      Berhubungan dengan aspek rehabilitasi dan pengembangan fungsi fisik, tujuannya adalah  untuk mengatasi permasalahan  yang timbul akibat langsung  atau tidak langsung dari kecacatannya.
2.      Berkaitan dengan pendidikan, tujuannya adalah untuk membantu menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan sikap,  pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun dalam anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbale balik dengan lingkungan social, buydaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam dunia kerja atau menikuti pendidikan lanjutan (UU NO.2 TAHUN 1989 TENTANG USPN DAN PP NO.72 TENTANG PLB)

Connor (1975) mengemukakan aspek yang perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu:  pengembangan intelektual dan akademik, membantu perkembangan fisik, meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, mematangkan aspek social, mematangkan moral dan spiritual, meningkatkan ekspresi diri, serta mempersiapkan masa depan anak.

B.     Kaitan ortopedi dengan layanan pendidikan anak yang mengalami hambatan ortopedi

1.      Pembelajaran di sekolah
·         Perencanaan kegiatan belajar mengajar: program pendidikan yang diindulisasikan
·         Prinsip pembelajaran : prinsip multisensory dan individualisasi
·         Personil: guru PLB, guru regular, dokter ahli anak, dokter ahli rehabilitasi medis, doktyer ahli ortopedi, dokter ahli syaraf, psikolog, guru bimbingan dan oenyuluhan, siosial worker, fisioteraphist, occupational therapist, speechtherapist, orthotic dan prosthetic.
2.      Pertimbangan penempatan pendidikan
·         Tingkat intelektual dan kecacatan fifik anak
·         Kemampuan mengadakan penyesuaian emosi
·         Lokasi tempat tinggal dengan sekolah
·         Latar belakan dan hubungan social dalam keluarga
3.      Program layanan rehabilitasi
Pendidikan bagi  anak tunadaksa yang ideal, lembaga pendidikannya memiliki beberapa tenaga ahli yang tergabung dan bekerja sebagai suatu tim rehabilitasi. Viola E. Cardwell (1963) memberikan gambaran anggota tim rehabilitasi di suatu lembaga yang mendidik anak tunadaksa. Diantaranya yaitu, physical therapist, occupational therapist, audiologist, speech and hearing therapist, social worker, and recreational therapist, psychologidt, teacher of special education, vocational counselor, medical social worker.
Kerja tim rehabilitasi adalah mencakup perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi program sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Hasil assessment yang dilakukan pada awal program, besar perannya dalam pembuatan kepurtusan untuk program rehabilitasi anak.

C.    Kelainan Bawaan (congenital) pada Anak

Kelainan bawaan atau kelainan kongenital atau cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan bawaan dapat disebabkan oleh keabnormalan genetika, sebab-sebab alamiah atau faktor-faktor lainnya yang tidak diketahui.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alami terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.

D.    Penyebab congenital
Beberapa faktor penyebab  yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:
  • Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (“dominant traits”) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
  • Faktor mekanik 
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
  • Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
  • Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
  • Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 – 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
  • Faktor hormonal 
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
  • Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.


  • Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
  • Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

Senin, 02 Desember 2013

Kerakteristik Anak Berbakat Penyandang Ketunaan


Karakteristik anak berbakat penyandang ketunaan :
1.      Karakteristik anak berbakat penyandang tunanetra
Terdapat karakteristik tertentu yang tidak dapat dihindari oleh anak berbakat penyandang ketunaan. Beberapa karakteristik anak berbakat penyandang tunanetra :
a)      Memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif, disebabkan karena kamiskinan informasi dan kesulitan dalam proses pembentukan pengertian atau konsep.
b)      Memiliki ciri-ciri kepribadian yang relatif berbeda dibandingkan anak berbakat biasa. Anak ini lebih mudah mengalami frustasi, konflik, rendah diri, sering berprasangka dan menaruh curiga, mudah tersinggung, mudah mengalami kecemasan, kurang mandiri, dan menarik diri.
c)      Memiliki keterbatasan dalam kemampuan kreatifnya, tetapi bukan berarti tidak dapat kreatif.
d)     Memiliki kemampuan orientasi mobilitas yang lebih baik disbanding anak tunanetra biasa, cenderung lebih aktif untuk mendapatkan informasi sebnyak-banyaknya.
e)      Cenderung mengalami berbagai hambatan dalam menguasai bidang studi yang menuntut kemampuan berpikir abstrak, dan cenderung memiliki prestasi lebih rendah dari pada potensinya.
2.      Karakteristik anak berbakat penyandang tunarungu
Pendengaran memiliki arti yang sangat penting dalam perkembangan individu, karena sangat berperan dalam merangsang perkembangan intelektual, sosial dan emosi sesorang. Anak berbakat penyandang tunarungu cendrung mengalami berbagai hambatan dalam perkembangannya.
Karakteristik anak berbakat penyandang tunarungu :
a)      Memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif. Dibandingkan dengan anak berbakat biasa, dapat unggul dalam kemampuan motorik dan mekanik, tetapi tertinggal jauh dalam kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan berbahasa verbal.
b)      Memiliki ciri-ciri kepribadian yang relative berbeda dibandingkan dengan anak berbakat biasa.
c)      Secara umum kemampuan kreatifnya rendah, tetapi dalam hal tertentu seperti melukis, olahraga, mungkin mereka dapat mengungguli anak berbakat biasa.
d)     Kurang memiliki kemampuan sosial yang diperlukan dalam menjalin relasi dalam lingkungan.
e)      Memiliki kepekaan yang tinggi dalam kemampuan indra penglihatan.
f)       Cendrung mengalami kesulitan dalam penguasaan bidang study yang menuntut kemampuan berbahasa dan berpikir abstrak.
3.      Karakteristik anak berbakat penyandang tundaksa
Anak tunadaksa disamping dicirikan dengan adanya gangguan gerak, sering disertai dengan gangguan berpikir, bahasa, persepsi, dan atau perhatian. Karena itu karakteristik anak berbakat penyandang tunadaksa sangat tergantung pada kemampuan anak dalam mengelola keberbakatannya dan gangguan yang dialami. Karakteristik anak berbakat penyandang tunadaksa :
a)      Anak berbakat penyandang tunadaksa mengalami keterbatasan dalam kemampuan kognitifnya.
b)      Gangguan gerak membatasi aktivitas motorik, sehingga memiliki keterbatasan pula dalam mengeksploitasi lingkungan, akibatnya mereka kesulitan dalam menerima skema baru.
c)      Anak berbakata penyandang tunadaksa mengalami hambatan dalam menghasilkan produk kreatif.
d)     Emosi dan kepribadian sebenarnya tidak ada yang khas bagi anak tunadaksa, tetapi lebih ditentukan oleh interaksi anak dengan lingkungannya, terutama lingkungan keluarga.
e)      Anak berbakat penyandang ketunaan cendrung memiliki konsep diri yang kurang tepat. Seperti sikap rendah diri akibat ketunaannya, dan sikap-sikap sosial yang kurang menguntungkan diduga kuat akan menghambat relasi sosialnya.
4.      Karakteristik anak berbakat penyandang tunalaras
a.       Karakteristik anak berbakat penyandang tunalaras emosi
Anak berbakat yang menyandang ketunaan dalam segi emosi, cendrung menunjukkan karakteristik yang tertentu pula. Gangguan emosi atau perasaan dapat berakibat pada keterbatasan dalam kemampuan kognitif dan kreativitas. Kreativitas, kognitif dan emosi merupakan satu kesatuan yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Anak berbakat penyandang tunalaras, sekalipun secara potensial unggul tetapi cendrung mengalami kesulitan dalam belajar. Anak berbakat penyandang tunalaras emosi mengalami kesulitan dalam belajar, bertingkah laku, menilai diri, dan penghayatan terhadap lingkungan. Mereka cendrung beranggapan bahwa orang lain tidak bisa memahami dan mengerti dirinya. Kondisi ini sering mengakibatkan lingkungan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan mereka.
Hallahan & Kauffman menyatakan karakteristik belajarnya, anak penyandang gangguan emosi sulit dibedakan dengan anak keterbelakangan mental maupun kesulitan belajar. Mereka sama-sama mengalami kesulitan belajar, terutama dalam belajar membaca dan berhitung.
Anak berbakat penyandang tunalaras emosi cendrung memiliki kesulitan dalam membina relasi sosial yang memuaskan dengan lingkungan. Mereka kurang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam berhubungan dengan lingkungannya.
b.      Karakteristik anak berbakat penyandang tunalaras sosial
Anak-anak berbakat penyandang tunalaaras sosial cendrung tidak memiliki hambatan dalam segi kognitif, motorik kreativitas, ataupun bahasa. Dalam segi-segi tersebut mereka mampu menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan anak berbakat biasa. Perbedaannya dengan anak berbakat biasa adalah kecendrungan untuk memanfaatkan atau menggunakan keunggulan dalam kognitif, motorrik, kreativitas, ataupun bahasa tersebut dalam cara-cara yang salah atau tidak tepat menurut norma-norma yang berlaku dilingkungan.
Karakteristik anak berbakat penyandang tunalaras sosial :
a)      Memiliki keterbatasan dalam kehidupan emosi dan kepribadiannya.
b)      Memiliki pemahaman dan penghayatan yang keliru terhadap diri dan lingkunganya.
c)      Ciri utama anak berbakat penyandang tunalaras sosial adalah ketidakmatangan sosial. Artinya kurang memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat.
d)     Anak berbakat penyandang tunalaras sosial cendrung mengalami hambatan dalam perkembangan afektifnya. Sifat-sifat kasar, tega, kurang empati, egois, mudah tersinggung dan marah bila kebutuhannya terhambat.
e)      Ketunalarasan sosial berhubungan dengan masalah-masalah emosional seperti rasa bermusuhan, kecemasan yang tidak terselesaikan dan penolakan lingkungan.
5.      Karakteristik anak berbakat penyandang kesulitan belajar
a)      Mereka memiliki kosa kata yang cukup baik, tetapi cendrung mengalami kesulitan semantic, nuansa, variasi, dan bahasa lambing atau isyarat.
b)      Anak berbakat penyandang kesulitan belajar juga dicirikan dengan kurangnya fleksibelitas dalam menghadapi suatu persoalan. Jika dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan pendekatan baru, mereka tampak kebingunan baik secara intelektual maupun perilakunya.
c)      Kesulitan belajar yang disandang anak berbakat dapat berpengaruh luas terhadap kehidupan manusia. Tidak terbatas pada rendahnya prestasi akademik, tetapi juga dalam aspek kognitif, kehidupan sosial-emosional, dan kepribadiannya.