Minggu, 04 Agustus 2013

Perkembangan Intelektual



A.    Pengertian Intelektual
Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi. Intelektual berfungsi dalam pemben-tukan konsep yang dilakukan melalui pengindraan pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berpikir.
Konsep yang mendasari pengertian merupakan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut (Hurlock, 1990). Pengertian didasarkan pada konsep yang terbentuk melalui pengindraan. Konsep bukan kesan pengindraan secara langsung, melainkan dapat merupakan penggabungan atau perpaduan berbagai hal yang disatukan dengan berbagai unsur, berbagai objek, dan situasi, sehingga menyatukannya dalam satu konsep. Konsep besifat simbolis sebab bergantung pada situasi yang dihadapi maupun sifat benda. Konsep juga kadang mempunyai sifat afektif yaitu suatu bobot emosional yang menjadi bagian dari konsep tersebut dan membentuk perasaan dan sikap seseorang terhadap orang, benda, atau situasi yang dikmebangkan dengan konsep tersebut. Jadi, konsep merupakan hal yang penting karena menentukan apa yang diketahui dan diyakini seseorang dan yang akan dilakukan seseorang.
Fungsi intelektual berkaitan dengan intelegensi dinyatakan sebagai kecerdasan. Kecerdasan intelektual atau intelegensi merupakan suatu kapasitas atau suatu kecakapan potensial yang terdiri atas: (1) faktor G (general factors) yang mendasari hampir semua perbuatan individu, (2) faktor S (special factors) yang berfungsi dalam perbuatan khusus yang khas, mirip dengan bakat, dan (3) faktor C (common factors) yang merupakan rumpun dari beberapa faktor khusus.
B.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Memang untuk menjadi seorang intelektual membutuhkan suatu proses yang tidak sebentar dan juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya :
·         Pembawaan
·         Kematangan
·         Pembentukan
·         Minat
·         Kebebasan
Namun demikian, agar kematangan intelektual terpatri dalam diri manusia muda, maka dalam proses pembelajarannya harus mengarah menuju kematangan intelektual.

C.    Klasifikasi Intelegensi
Menurut Thurston (Sukmadinata, 2003) ada tujuh faktor C, yaitu: kemampuan verbal, kelancaran menggunakan kata-kata, memecahkan masalah matematis, memahami ruang, mengingat, melakukan pengamatan/persepsi, dan berpikir logis. Dengan adanya beberapa pengelompokan kecerdasan tersebut, Gardner mengemukakan konsep kecerdasan ganda (multiple intelligence). Namun, pada bagian ini akan dibahas mengenai kecerdasasan intelektual seseorang yang biasa dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotient). IQ atau intelligence quotient merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis/kalender dikalikan dengan seratus. Terdapat beberapa jenis tes IQ yang dikembangkan oleh berbagai ahli psikologi, seperti tes IQ yang disusun oleh Binet dan direvisi oleh Terman dan tes IQ yang disusun oleh Wechsler. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka kecerdasan dalam populasi dikategorikan dalam tabel berikut ini (Sukmadinata, 2003).
Individu atau anak-anak dengan IQ di bawah 70 termasuk kelompok anak terbelakang. Umumnya mereka tidak bisa belajar pada sekolah biasa, tetapi perlu mendapat pendidikan atau pelatihan di sekolah khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Demikian juga halnya anak-anak dengan IQ di atas 140 (genius). Walaupun mereka tidak bersekolah khusus, tetapi perlu diperlakukan atau diberi bimbingan khusus agar dapat berkembang sesuai dengan kecerdasannya.

D.    Perkembangan Tingkat Kecerdasan Terhadap Keberhasilan Belajar
                           Kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : 1) Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. 2) Kecerdasan sebagai keampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian strategi yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yanga kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
                           Kecerdasan dan Kesuksesan Kecerdasan memang bukan satu-satunya elemen kesuksesan. Walaupun dewasa ini banyak orang tua yang seringkali menekankan agar anaknya berprestasi secara akademik di sekolah dan menjadi juara dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang berprestasi karena memiliki kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk sukses di kehidupan yang akan datang. Namun pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Seperti Bill Gates (Pemilik Microsoft), Tiger Wood (Pemain golf) misalnya, dia adalah beberapa dari ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang sangat berhasil di bidangnya. Dale Carnegie (1889-1955), bahkan tidak menyebutkan kecerdasan secara eksplisit (dalam pengertian umum) sebagai elemen keberhasilan. Beliau mengatakan bahwa untuk berhasil dibutuhkan 10 (sepuluh kualitas) yaitu : 1) Rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat, 2) Keterampilan berkomunikasi yang baik, 3) Keterampilan antar manusia yang baik, 4) Kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain, 5) Sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri, 6) Keterampilan menjual ide dan gagasan, 7) Kemampuan mengingat yang baik, 8) Kemampuan mengatasi masalah, stres, dan kekhawatiran, 9) Antusiasme yang menyala-nyala, dan 10) Wawasan hidup yang luas. Jadi jelaslah bahwa kecerdasan, yang biasanya diukur dengan skala IQ, memang bukan elemen tunggal atau tiket menuju sukses.

E.     Usaha – Usaha Yang Dapat dilakukan Guru Untuk Mengembangkan Intelektual (Daya Cipta) Peserta Didik

                           Upaya Guru dalam mengawasi perkembangan intelektual adalah harus memahami karakter siswa karena tingkat kepintaran siswa tidak semua sama, jadi guru diharuskan menyesuaikan metode mengajar dengan kemampuan siswanya, guru mampu memberikan pengarahan tentang cara berpikir dewasa secara bertahap karena apabila dipaksakan siswa dapat depresi, membimbing siswa untuk berpikir ilmiah yang memandang masalah dari berbagai aspek sehingga solusi yang diperoleh akan maksimal, melakukan pendekatan dengan membiarkan siswa memutuskan suatu hal secara sendiri, dan memulai dari hal yang terkecil.

1 komentar: