A. Penyebab Terjadinya
Hambatan Pada Perkembangan Bahasa. Perkembngan Bicara, Hambatan Suara Irama
Gangguan
bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling
sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin
hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka
kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah.
Penyebab
keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan
sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk
membaik.
Keterlambatan
bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak.
Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan
ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah
usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena
proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan
sesuatu yang ringan.
Semakin
dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan
gangguan tersebut Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus
cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut.
Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang
terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang
tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak
yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa
mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang
fungsional atau yang nonfungsional.
Faktor Resiko :
Bayi dengan beberapa faktor
resiko harus lebih diwaspadai dan dilakukan deteksi dini lebih cermat. Faktor
resiko yang harus diwaspadai adalah :
·
Bayi prematur terutama
dengan kompolikasi sepsis, poerdarahan otak dan komplikasi lainnya
·
Bayi berat badan lahir
rendah
·
Bayi dengan riwayat
sering muntah (GER, diserta riwayat alergi dan hipersensitifitas makanan. Baca
: Adakah hubungan
keterlambatan bicara, GER (kebiasaan muntah) dan Alergi makanan
)
·
Bayi saat paska
kelahiran dirawat di NICU dengan kuning sangat tinggi, terapi tranfusi tukar,
gangguan kejang, peradarahan otak, lahir tidak menangis (asfiksia), harus lebih
diwaspadai beresiko mengalami gangguan keterlambatan bicara
·
Saudara mengalami
gangguan pendengaran
·
Infeksi kehamilan TORCH
pada ibu hamil
Secara
umum jenis dan penyebab keterlambatan bicara pada anak dibedakan :
1)
Keterlambatan bicara ringan dan tidak berbahaya sering
disebut keterlambatan bicara fungsional).
·
Keterlambatan bicara
ini biasanya disebabkan karena keterlambatan gangguan koordinasi oral motor
atau gerakan mulut atau ketidakmatangan fungsi organ otak tetapi tanpa
disebabkan karena kelainan di otak.
·
Untuk memastikan status
keterlambatan fungsional harus dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan
nonfungsional.
·
Gejala umum
keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif,
gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan.
2)
Keterlambatan bicara organik atau nonfungsional yang harus
diwaspadai. Keterlambatan bicara jenis
yang harus diwaspadai ini adalah keterlambatan bicara yang disebabkan karena
gangguan organ tubuh terutama adanya kelainan di otak. Dicurigai
keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai :
·
Kelainan neurologis
bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali,
makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis
telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
·
Gangguan pendengaran
(bila anak dapat mengikuti perintah, dapat bergoyang saat mendengarkan lagu,
dan dapat bersenandung lagu biasanya bukan gangguan pendengaran tidak perlu
harus tes BERA (tes gangguan pendengaran). tetapi bila tidak terdapat gangguan
tersebut maka perlu diilakukan tes BERA.
·
Gangguan kecerdasan :
(bila dapat mengikuti perintah ringan, dapat melakukan gerakan dada, jabat
tangan dan respon non verbal bnaik biasanaya bukan gangguan kecerdasan)
·
Autis (bila kontak mata
atau pandangan mata bisa melihat lawan bicara lama dan baik baik biasanya bukan
gangguan autis.
·
Ciri lain keterlambatan
bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat.
Keterlambatan
bicara dan bahasa
dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya
pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain
yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran.
Keterlambatan dan gangguan bisa
mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal”
(sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan
bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oral-motor dalam fungsinya untuk bicara
dan makan. Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf.
Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga
menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat
berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara. Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk
membentuk katakata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti katakata
sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan
afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan
memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya
kejang). Gagap adalah
gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara.
Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang
spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot otot bicara seperti lidah,
bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga.
Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak
bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian
anak.
Adapun
penyebab dari keterlambatan bicara ini disebabkan oleh beragam faktor, seperti:
a)
Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus,
hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak
mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam
memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan
pendengaran anak adalah karena adanya infeksi telinga.
b)
Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai
kemampuan oral-motor
Ada kasus keterlambatan
bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otak sehingga
kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak
yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami
kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi
kata tertentu.
c)
Masalah keturunan
Masalah keturunan
sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan etiologi dari hambatan
pendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus
di mana seorang anak anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya
kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian
kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.
d)
Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang
tua
Masalah komunikasi dan
interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang penting dalam
membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak
orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak
lah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang
dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari
kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas mengajak
anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja yang
isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak
pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak
menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan “memasukkan”
segala instruksi, pandangan mereka sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa
memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor
yang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasa.
e)
Faktor Televisi
Anak batita yang banyak
nonton TV cenderung akan menjadi pendengar pasif, hanya menerima
tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan
yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti oleh
anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian,
kekerasan, seksual, atau pun acara yang tidak disangka memberi kesan yang
mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karena kemampuan kognitif
yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yang mana
seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk
kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang
lebih banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan
respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yang mengurusi masalah
bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.
B. Pengaruh Terhambatnya Perkembangan Bahasa Pada Kehidupan
Emosional, Sosial, Komunikasi dan Akademik
Kekurangan
akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu
menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi tekanan
bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan
pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif atau
sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu
selalu bergolak disatu pihak karena kemiskina bahasanya dan pihak lain karena
pengaruh dari liuar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang
yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
Manusia
sebagai makhluksosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain.
Demikian pula anak tunarungu, ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut.
Akan tetapi karena mereka memiliki kelainan dalam segi fisik, biasanya akan
menyebabkan suatu kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu
kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada umumnya lingkungan
melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai
seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak
tunarungu merasa benar-benar kurang berharga. Dengan demikian dari penilaian
yang demikian juga memberikan pengaruh yang benar-benar besar terhadap
perkembangan fungsi social. Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena
menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan
membingungkan anak tunarungu. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik,
kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang
bermacam-macan.
Hubungan
social banyak ditentukan oleh komunikasi antara seseorang dengan orang lain.
Kesulitan komunikasi tidak bisa dihindari. Namun bagi anak tunarungu tidaklah
demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam berbicara. Kemiskinan bahasa
membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya.
Sebaliknya, orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.
Update teruuuusss.....
BalasHapusHahaha...:):)
Haha,, Alhamdulillah...
Hapus