Sabtu, 05 April 2014

SISTEM NON PANTI YANG BERBASIS MASYARAKAT


Pada dasarnya konsep layanan rehabilitasi sosial non panti ini berorientasikan kepada masyarakat sebagai basis pelayanannya (community-based social rehabilitation), artinya menggunakan masyarakat sebagai wadah atau pangkalan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi, yang pelaksanaannya terutama dilakukan dengan bantuan tenaga sosial sukarela yang berasal dari masyarakat desa (LKMD).
Fungsi rehabilitasi sosial non panti adalah: meningkatkan usaha usaha ke arah penyebaran pelayanan rehabilitasi sosial yang berbasis masyarakat, meningkatkan peran serta masyarakat dalam 23 pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang semakin merata, meningkatkan integrasi para penca.
Lingkungan Pondok Sosial
Lingkungan pondok sosial adalah usaha rehabilitasi secara komprehensif dan integratif bagi penyandang permasalahan sosial termasuk penca di suatu perkampungan sosial dalam rangka refungsionalisasi dan pengembangan baik fisik, mental, maupun sosialnya. Tujuan dikembangkannya lingkungan pondok sosial adalah: memberi kesempatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan fungsi sosial para penyandang permasalahan sosial, yang semula tidak berkesempatan dan berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya sebagaimana mestinya,baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, keluarga, dan kelayakan pergaulan dalam masyarakat. Dengan demikian penanganan masalah sosial penca merupakan serangkaian kegiatan dalam rehabilitasi medis, vokasional, dan rehabilitasi sosial dimana satu dan lainnya saling keterkaitan, baik yang bersifat pencegahan, pembinaan, bimbingan dan penyuluhan, penyantunan sosial dan pengembangan sebagai upaya mempersiapkan pengentasan para penca sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidup
The National Council On Rehabilitation (1942), rehabilitasi sosial adalah perbaikan atau pemulihan menuju penyempurnaan ketidak berfungsian fisik, mental, sosial dan ekonomi sesuai kapasitas potensi mereka. Pengertian rehabilitasi sosial yang dikutip oleh Zaenudin (1994) dari pendapat LE.Hinsie  &Canbell, bahwa rehabilitasi sosial adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikologis dan penyesuaian diri secara maksimal untuk mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan vokasional bagi kehidupan sesuai dengan kemampuan . Dimana pada prosesnya diarahkan untuk:
 (1) Mencapai perbaikan penyesuaian klien sebesar-besarnya,
 (2) Kesempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas maksimal,
 (3) Penyesuaian diri dalam lingkungan perorangan dan  sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
Tujuan rehabilitasi sosial adalah untuk memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya, dan memulihkan kembali kemauan dan kemampuan agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
Rehabilitasi Karya (Vocational Rehabilitation)
Rehabilitasi keterampilan/karya adalah suatu rangkaian kegiatan pelatihan yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk suatu pekerjaan. Organisasi perburuhan internasional rekomendasi nomor 99 tahun 1955 tentang rehabilitasi vokasional untuk penyandang cacat (Dep Fungsi keterampilan, melalui kegiatan rehabilitasi peserta didik akan memiliki dasar-dasar keterampilan kerja yang akan menjadi fondasi dalam memilih dan menekuni keterampilan professional tertentu di masa depan.
Naker  (1981:14) mendefinisikan rehabilitasi vakasional sebagai berikut: Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang menyangkut pengadaan pelayanan-pelayanan di bidang jabatan seperti bimbingan jabatan (vocational guidance), latihan kerja (vocational training), penempatan yang selektif (selective placement), adalah diadakan guna memungkinkan para penderita cacat memperoleh kepastian dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Tujuannya agar peserta didik dapat memiliki kesiapan dasar dan keterampilan kerja tertentu yang dapat untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarganya. Sedangkan sasaran pokoknya adalah menumbuhkan kepercayaan diri, disiplin mendorong semangat siswa agar mau bekerja. Kegiatan dalam rehabilitasi vokasional meliputi:
1. kegiatan evaluasi baik medis, personal, sosial dan vokasional dengan melalui berbagai teknik oleh para ahli yang berwewenang, serta menggunakan data dari berbagai sumber yang ada. Dengan demikian seseorang yang akan diberi pelayanan rehabilitasi vokasional, terlebih 26 dahulu harus melalui pemeriksaan, penelitian yang seksama dari berbagai keahlian.  Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan kriteria yang dapat mengikuti program rehabilitasi vokasional seperti:
a. Individu penyandang cacat fisik atau mental yang mengakibatkan individu terhambat untuk  mendapatkan pekerjaan.
b. Adanya dugaan yang logis, masuk akal, bahwa pelayanan rehabilitasi  vokasional akan bermanfaat bagi individu untuk dapat  mencari pekerjaan.
2. bimbingan vokasional artinya ialah membantu individu untuk mengenal dirinya, memahami dirinya dan menerima dirinya agar dapat menemukan atau memiliki pekerjaan  yang  sesuai dengan kemampuan dan keadaan yang sebenarnya. Layanan-layanan yang  dapat diberikan dalam bimbingan vokasional meliputi:
a. Bimbingan dan konseling yang merupakan proses kontinu selama program keseluruhan diberikan.
b.Layanan pemulihan, pemugaran, fisik, mental, psikologis, dan emosi.
c. Pelayanan kepada keluarga perlu untuk pencapaian penyesuaian terhadap rehabilitasi yang diberikan pada penca.
d. Pelayanan penterjemah, interpreter untuk tunarungu.
e. Pelayanan membaca dan orientasi mobilitas bagi tunanetra, dlsb.
f. Sebelum latihan kerja atau memberi bekal keterampilan,  tenaga rehabilitasi, instruktur, bersama-sama dengan klien dan orang tua 27 atau keluarga lainnya menyesuaikan program rehabilitasi yang Didasarkan atas tujuan vokasional.
3. latihan kerja setelah dilakukan evaluasi dan pemberian informasi  melalui bimbingan tentang dirinya dan lapangan pekerjaan yang sesuai untuknya. Maka diberikan latihan kerja atau keterampilan kerja agar dapat mencari penghasilan untuk menunjang kebutuhan hidupnya dan meminimalkan ketergantungan terhadap orang lain. Cakupan latihan keterampilan meliputi: persiapan latihan keterampilan, pelaksanaan latihan keterampilan, dan peningkatan latihan keterampilan.  Persiapan latihan keterampilan dapat dilaksanakan pada tahap dimana anak masih dalam periode mengikuti rehabilitasi medik dan sosial. Sedangkan pelaksanaan pelatihan keterampilan yang sesungguhnya dapat dimulai apabila  siswa telah selesai mengikuti proses rehabilitasi medik dan sosial. Persiapan latihan keterampilan disebut juga pre-vocational training  merupakan kegiatan rehabilitasi yang mengarah pada penguasaan kemampuan dasar untuk bekerja. Latihannya masih bersifat umum, misalnya penguasaan gerakan-gerakan tertentu yang dilatihkan sedemikian rupa agar dapat ditempatkan di tempat kerja yang membutuhkan macam gerakan dasar tersebut. Target utama latihan keterampilan adalah: merangsang minat dan dorongan kerja, pengenalan jenis dan bahan serta alat kerja, penanaman 28 dasar sikap kerja, penjajagan potensi dalam berbagai keterampilan, identifikasi hambatan yang dialami anak.Latihan keterampilan atau vocational training adalah usaha rehabilitasi yang mengarah pada penguasaan kemampuan melakukan pekerjaan, misalnya melatih kerja sebagai juru tulis, penjahit, pertukangan, peternakan, operator komputer, dsb. Target utama tahap latihan keterampilan meliputi: peningkatan taraf penguasaan keterampilan pada bidang-bidang yang telah dipilih atas dasar pengamatan selama tahap  pre-vocational training, pemberian bimbingan bekerja yang lebih baik, memilih beberapa bidang keterampilan yang dipersiapkan untuk program pelatihan lebih lanjut.Adapun peningkatan latihan keterampilan atau intensif vocational training adalah bagian dari kegiatan rehabilitasi keterampilan yang sudah mengarah pada upaya memberikan latihan keterampilan khusus yang tertentu secara intensif sebagai kelanjutan dari tahapan pre vocational training dan vocational training yang diberikan sebelumnya. Latihan keterampilan ini biasanya diberikan pada jenjang SLTPLB atau diberikan oleh panti-panti rehabilitasi sosial penyandang cacat.
4. penempatan kerja dan follow-up setelah mendapat latihan kerja dan individu telah memiliki keterampilan bekerja, indiviu dibantu untuk mendapatkan tempat untuk bekerja baik sebagai karyawan pemerintah maupun swasta/perusahaan, atau kembali ke masyarakat dengan berusaha sendiri seperti contohnya dalam kelompok usaha penca, 29 wiraswasta sendiri, penempatan melalui loka bina karya, atau memerlukan penempatan tempat kerja di  sheltered workshop untuk penca yang cacatnya berat. Dengan penempatan kerja diharapkan para penca tidak melalui persaingan yang ketat dengan orang normal dalam mencari pekerjaan. Setelah dapat diterima bekerja dan berhasil  melewati masa percobaan, konselor masih tetap mengikuti perkembangan kliennya sebagai follow-up, untuk mengetahui apakah semuanya berjalan dengan lancar dan klien sudah dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan tempat dimana ia bekerja.
5. Sheltered Workshopan masyarakat. Aspek Vokasional Seorang ahli rehabilitasi harus mampu mengarahkan kegiatan rehabilitasi menuju berbagai bentuk kegiatan yang bersifat keterampilan/kecakapan kerja, yang nantinya akan berguna dalam kehidupan anak dimasa yang akan datang. Anak diharapkan akan memiliki keahlian/kecakapan dalam bentuk pekerjaan tertentu yang dapat dijadikan modal/pegangan dalam hidupnya.
 Orang Tua ( KELUARGA)
Kedudukan dan peranan orang tua dalam hubungannya dengan kegiatan rehabilitasi sangat penting. Orang tua dan masyarakat pada umumnya diharapkan berperan serta dalam kegiatan rehabilitasi terutama pada saat anak tinggal di rumah. Dukungan dan perlakuan orang tua sangat diperlukan atas keberhasilan rehabilitasi anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh Power, Dell Orto, dan Gibbons (1988), bahwa keluarga dapat menjadi sumber bantuan utama bagi rehabilitasi atau proses penyesuaian 46 seorang individu, atau juga dapat menjadi batu sandungan yang signifikan menuju pencapaian tujuan treatment. Keluarga dan orang terdekat lainnya mempengaruhi cara individu merespon terhadap kecacatannya, dan pada gilirannya, keluarga dipengaruhi oleh kecacatan yang terjadi pada seorang anggota keluarga. Keluarga yang tidak dilibatkan dalam proses rehabilitasi akan lebih sulit memberikan dukungan terhadap upaya rehabilitasi. Karena itu, dalam merehabilitasi perlu mengikutsertakan orang tua agar lebih memahami masalah anaknya dan dapat memberi perlakuan yang sebaiknya kepada anak agar tidak selalu tergantung pada orang lain. Orang tua dan masyarakat juga perlu dibekali ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi, terutama yang berkaitan dengan kegiatan praktis keseharian anak di rumah. Ilmu dan cara melaksanakan rehabilitasi dapat dilakukan oleh ahli rehabilitasi dan guru dalam hal:
a. Cara memberikan rehabilitasi anak di rumah sesuai dengan jenis kecacatan.
b. Cara mengatasi kesulitan yang timbul dalam pelaksanaan rehabilitasi di rumah
c. Untuk memecahkan masalah secara bersama, perlu diadakan konsultasi dan dialog antara  guru dengan orang tua.