Teori
Letusan Hebat
Berbagai teori tentang jagad raya membentuk suatu bidang studi yang
dikenal sebagai kosmologi. Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun
1915 ia menyempurnakan teori umumnya tentang relativitas, yang kemudian
diterapkan pada pendistribusian zat di luar angkasa. Pada tahun 1917 secara
matematik ditentukan bahwa tampaknya ada massa bahan yang hampir seragam yang
keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan olek
atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal
itu secara lain, yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan
jagad raya terus meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan
kecepatan tinggi. Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus
melambat. Sebelumnya, partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih
cepat lagi. Dalam model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang
unik yang disebut “letusan hebat”.
Teori letusan hebat rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan
astronomi zaman sekarang, yang mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya
sebanyak bintang dalam galaksi Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama
lain, tetapi malahan berjalan dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah
pusatnya yang padat. Akan tetapi, pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli
astronomi di Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi
yang telah diamatinya sebenarnya menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan
kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per-detik.
Rupanya galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga
keutuhan bentuk internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu
secara sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau
partikel yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat
diterapkan pada berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.
Teori
Keadaan Tetap
Kalau kita kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang
cukup untuk menguji teori letusan hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle
dan beberapa ahli astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain, teori
keadaan tetap yang menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang
angkasa –asas kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi
yang sempurna. Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi
“sempurna” atau “lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu.
Teori keadaan tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat.
Dalam teori kedua, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu
berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus
menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara
berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan
galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah
hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong
itu diterima secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar
salah satu hukum.
Teori
Terbentuknya Tata Surya
Melihat kenyataan bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari
dengan orbitnya yang berebentuk elips dengan arah peredaran yang sama yaitu
berlawanan arah jarum jam jika melihatnya dari kutub utara, ternyata arah
revolusi planet-planet dan satelitnya yaitu arah negative. Ini berlawanan
dengan yang kita amati di bumi, peredaran harian benda-benda langit seperti
matahari, bulan dan bintang berarah positf seperti arah peredaran harian
matahari yang terbit di timur lalu naik dan kemudian terbenam di barat. Adanya
realitas yang demikian membuat para ahli astronomi berkesimpulan bahwa tata
surya terbentuk dari material yang berputar dengan arah negative, hal ini
kemudian memunculkan beberapa teori tentang terjadinya tata surya sebagai
berikut:
1.
Teori Nebule atau teori kabut, yang
dikemukakan ole Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere Simon de Laplace (1796).
Matahari dan
planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di dalam jagat raya,
karena pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang
besar, makin mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola
itu memepat pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian
massa dari kabut gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang
di sekeliling bagian utama kabut itu, gelang-gelang itu kemudian membentuk
gumpalan padat inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan
bagian tengah yang berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang
sebagai matahari.
Teori kabut
ini telah dipercaya orang selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah
benyak ditinggalkan karena: (1) tidak mampu memberikan jawaban-jawaban kepada
banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita dan (2) karena munculnya
banyak teori baru yang lebih memuaskan.
2.
Teori Planetesimal, Thomas C.
Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952)
seorang astronom.
Disebut
Planetesimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda padat
yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan
pada jarak yang tidak terlalu jauh akibatnya terjadi pasang naik antara
matahari dan bintang tadi. Pada waktu bintang itu menjauh sebagian massa dari
matahari itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lain berhamburan
di sekeliling matahari inilah yang disebut dengan planetesimal yang kelak
kemudian menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya dan mengelilingi
matahari.
3.
Teori Pasang Surut, Sir James Jeans
(1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya dari Inggris, teori ini hampir
sama dengan teori Planetesimal.
Setelah
bintang itu berlalu dengan gaya tarik bintang yang besar pada permukaan
matahari terjadi proses pasang surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut
di bumi akibat gaya tarik bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu
yang menjorok kearah bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus
membentuk gumpalan gas di sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda,
gumpalan itu membeku dan kemudian membentuk planet-planet.
Teori ini menjelaskan
mengapa planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan
Neptunus merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan
planet-planet kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari
matahari yang berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet iti berbeda-beda
yang terdekat dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi
4.
Teori Awan Debu, dikemukakan oleh
Carl von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950).
Tata surya
terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Gumpalan awan itu mengalami
pemampatan, pada proses pemampatan itu partikel-partikeldebu tertarik ke bagian
pusat awan itu membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin dan kemudian
membentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan tipis di bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu saling menekan dan menimbulkan
panas dan berpijar, bagian inilah yang kemudian menjadi matahari. Sementara
bagian yang luar berputar sangat cepat sehingga terpecah-pecah menjadi gumpalan
yang lebih kecil, gumpalan kecil ini berpilin pula dan membeku kemudian menjadi
planet-planet.
5.
Teori Bintang Kembar
Teori ini hampir sama dengan teori
planetesimal.Dahulu matahari mungkin merupakan bintang kembar,kemudian bintang
yang satu meledak menjadi kepingan-kepingan.Karena ada pengaruh gaya gravitasi
bintang,maka kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan
menjadi planet-planet.Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi matahari.
6.
Teori Ledakan (Big Bang), George
Gamow, Alpher dan Herman.
Alam pada
saat itu belum merupakan materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi
yang sangat kecil dan padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena
adanya reaksi inti kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak
dan mengembang dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk
kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan trus bergerak,
menjauhi titik pusatnya.
Dentuman
besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yang
sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam
semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang
ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada
tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan.
Pada tahun
1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan
bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi
yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi
ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
’seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja.
Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.
Pada tahun
1989, NASA mengirimkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer). COBE ke ruang
angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8
menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah
menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam
semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan
ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang.
Bukti
penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa.
Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium
sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan
dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah
habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti
meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah.
Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal
muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah
Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS. Al-Mulk,
67:3)
Teori Terbentuknya Bumi
1.
Teori Apungan benua
(Wegener)
Semua daratan berasal dari satu benua besar yang
disebut pangea. Asumsinya didasari oleh:
a.
Terdapat kesamaan yang mencolok antara
garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur
pantai barat Eropa dan Afrika.
b.
Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua
mengapung sendiri-sendiri.
c.
Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara.
Anak benua India semakin menyempit dan makin mendekati ke Benua Eurasia,
sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.
d.
Green land semakin mendekat ke Amerika Utara
2. Teori
Kontraksi
Bumi telah mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang
sangat lama. massa yang sangat panas bertemu dengan udara dingin membuatnya
mengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak sama antara 1
tempat dan tempat lain (James Dana dan Elie Baumant)
3.
Teori Laurasia-Gondwana
Muka bumi selalu mengalami perubahan atau perkembangan.
Perubahan ini terus berlangsung hingga kini, ditunjukan dengan adanya
pergeseran daratan (benua). Jika dirunut pada sejarah masa lalu, sebenarnya
benua2 di muka bumi pernah berkumpul menyatu, menjadi sbuah benua besar
(supercontinent) brnama Laurasia di utara, dan Gondwana di selatan. Kedua benua
ini secara perlahan-lahan bergerak ke arah ekuator. Rotasi bumi membuat
sebagian benua terakumulasi di daerah ekuator dan bumi barat. PAda
perkembangannya, benua ini pecah dan memisah saling menjauh. Dan membentuk
kondisi seperti sekarang ini (5 benua).(Eduard Suess)
4.
Teori lempeng tektonik
Teori ini adalah yang paling masuk akal dan diterima
diseluruh dunia oleh ahli geologi.
Kerak bumi dan lapisan litosfer mengapung diatas astenosfer,
sehinga dianggap satu daerah yang saling berhubungan karena adanya aliran
konveksi yang keluar di bagian tengah dasar samudra.