Rabu, 07 Desember 2011

Sejarah Perkembangan Ortopedagogik

Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Khusus di dunia
Perkembangan ortopedagogik sebagai ilmu yang diawali dengan perkembangan pendidikan tiap-tiap jenis anak luar biasa. Setelah tiap-tiap jenis anak luar biasa berkembang, gambaran umum yang meliputi semua jenis keluar biasaan diperoleh dan dikembangkan sehingga menjadi suatu kebulatan.
Untuk anak luar biasa pengakuan atas hak pendidikan dimulai dengan pengakuan atas hak pemeliharaannya. Maka pada mulanya lahir tempat-tempat pemeliharaan anak-anak luar biasa. Kemudian barulah dikembangkan tempat-tempat pendidikannya. Kedua hak tersebut sebenarnya sudah diwariskan sejak anak lahir ke muka dunia, akan tetapi masyarakat zaman dahulu banyak yang mengingkari hak-hak tersebut. Mereka mencurigai yang mengalami kelainan dan menuduhnya manusia berdosa atau keturunan orang berdosa.
Beberapa kelompok menjadikan orang luar biasa sebagai barang persembahan bagi yang ghaib ada pula yang membuangnya ke hutan, sungai dan sebagainya.
Negara-negara yang berperadaban seperti Roma menganggap orang luar biasa hanya sebagai beban belaka karena tidak dapat dijadikan prajurit perang, orang Yunani menyerahkan nasib orang yang cacat kepada kepala suku/keluarga orang tersesbut.
Akan tetapi sikap seperti itu tidak berlaku di semua tempat ada juga kelompok-kelompok yang menghargai orang cacat dan luar biasa lainnya, bahkan mengobatinya. Yang mengobati mereka pada waktu itu biasanya pemimpin agama di daerahnya. Diantara masyarakat kuno yang terkenal menyantuni orang cacat ialah Cina kuno.
Kedatangan agama-agama samawi soperti yahudi, Kristen, dan islam mendorong perubahan sikap kepada mereka yang masih belum mempedulikan anak-anak cacat.
Agama-agama tersebut mengajarkan kasih sayang terhtadap semua makhluk hidup, termasuk anak luar biasa. Walaupun demikian agama tidak mewariskan bagaimana cara mewujudkan bantuan tersebut terhadap anak luar biasa. Namun dalam kitab suci al-Qur’an surat Abasa ayat 1 sampai dengan 11, diisyaratkan bahwa nabi Muhammad SAW pernah diberi peringatan oleh Allah SWT, karena tidak mempedulikan orang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar tentang agama islam langsung dari beliau, setelah diberi peringatan akhirnya beliaupun memberi pelajaran tentang agama islam kepada Abdullah bin Ummi Maktum.
Kemudian organisasi-organisasi muncul dengan tujuan menyantuni/memelihara anak luar biasa yang kemudian berkembang dengan timbulnya gagasan usaha-usaha memberikan pelayanan dan pendidikan kepada mereka.
Perkembangan mengenai cara-cara pelayanan/pendidikan ternyata mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Pengakuan terdahulu mengenai hak-hak pendidikan anak luar biasa cenderung memisah-misahkan anak-anak tersebut dari anak-anak normal, hal itu perlu karena kalau tidak demikian maka anak luar biasa akan tetap tidak mempunyai jaminan perhatian.
Dewasa ini timbul gagasan untuk menyatukan pendidikan anak luar biasa dengan anak-anak normal, melalui pendidikan integrasi dan inklusi, tentunya harus dilandasi beberapa hal yang akan menguntungkan kedua belah pihak.

B.     Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia
1)        Pendidikan khusus di Indonesia dimulai dengan didirikannya Blinden Institut Tahun 1901 oleh dr. Westhoff, yaitu lembaga pendidikan bagi anak tunanetra di Bandung. Kini   dikenal SLB A Wiyata Guna.
2)       Tahun 1927 Folker merintis pendidikan bagi anak tunagrahita -> Folker School, 1942 diganti menjadi Perkumpulan Pengajaran Luar Biasa. Kini SLB C Cipaganti Bandung
3)   Tahun 1930 Ny. Roelfsema mendirikan Vereniging Voor Onderwijs an Doffstomme Kinderen in Indonesia. Kini SLB B LPATR Cicendo Bandung
4)  Tahun 1938 di Wonosobo Jateng, didirikan Werk Voor Misdeelde Kinderen in Nederlans Vost Indie, yang pada tahun 1958 diubah menjadi yayasan Dena Upakara, dan berikutnya sekolah untuk anak tunarungu putra didirikan oleh Bruder Karitae Kini yayasan Karya Bhakti
5)        Berikutnya Di Temanggung Jateng didirikan pula sekolah untuk anak tunanetra
6)        Sekolah khusus bagi anak nakal  -> Pro Joventute
7)   Hampir semua lembaga pendidikan tadi berlandaskan Charity (belas kasihan) dan sifatnya segregatif
8)        Perkembangan PLB kurun waktu 1984 - 1990
Ø Dicanangkannya Wajib Belajar 6 tahun
Ø Diperkenalkannya SDLB dengan dana Proyek Inpres
Ø Dikeluarkan Kepmen 002/U/1986 tentang Pendidikan Terpadu (termasuk pengangkatan GPK)
Ø Didirikannya beberapa SLB Pembina baik tingkat propinsi maupun tingkat nasional
9)        Perkembangan PLB kurun waktu 1990 – sekarang.
Ø Turut serta dalam penuntasan wajar 9 tahun
Ø Perluasan/peningkatan Subdit PSLB menjadi Direktorat PLB, sayang sekarang kembali ke Direktorat PSLB
Ø Diujicobakannya kembali model pendidikan terpadu (menuju pendidikan yang inklusif) di beberapa daerah
Ø Dikeluarkan kebijakan (edaran Dirjen Dikdasmen tentang pendidikan yang inklusif
Ø Tumbuh kembangnya sekolah-sekolah “inklusif” di beberapa daerah


Ortopedagogik Umum


 A.       Pengertian Ilmu Pendidikan Luar Biasa (Ortopedagogik)

Ortopedagogik ekuivalen dengan kata ilmu pendidikan luar biasa. Ortopedagogik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari tiga kata yaitu; orthos, paedos dan agogos.
-         Orthos mengandung makna à lurus, baik, atau sehat
-         Paedos mengandung makna à anak
-         Agogos mengandung makna à pendidikan.
Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa ortopedagogik dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang membahas masalah usaha-usaha membantu anak (meluruskan anak) dengan kata lain ortopedagogik dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menangani anak-anak berkelainan (anak berkebutuhan khusus/ABK).

Peristilahan lain yang sering untuk ortopedagogik adalah:
-         Pendidikan Luar Biasa
-         Pendidikan Khusus
-         Pendidikan Khas
-         Heilpaedagogik
-         Special Education
-         Buitengewoon onderwijs.

a.     Definisi Ortopedagogik
Ortopedagogik dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang membahas masalah usaha-usaha membantu anak (meluruskan anak) dengan kata lain ortopedagogik dapat diartikan sebagai ilmu pendidikan yang menangani anak-anak berkelainan (anak berkebutuhan khusus/ABK).
Ortopedagogik merupakan cabang ilmu dari ilmu pendidikan umum atau pedagogik umum. Ortopedagogik sering dibagi menjadi dua macam, yaitu ortopedagogik umum dan ortopedagogik khusus. Ortopedagogik umum berkenaan dengan pendidikan bagi anak-anak luar biasa pada umumnya, sedangkan ortopedagogik khusus berkenaan dengan pendidikan bagi tiap jenis anak luar biasa atau anak berkelainan.
b.     Perkembangan Ortopedagogik hingga menjadi suatu disiplin ilmu
Sebelum membahas perkembangan Ortopedagogik hingga menjadi suatu disiplin ilmu, terlebih dahulu kita harus membahas tentang pengertian ilmu, dimana menurut Jujun S. Sumantri (dalam Mulyono, 1996:234) ilmu merupakan bagian dari pengetahuan, jadi ilmu adalah pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan merupakan ilmu, ilmu adalah pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu yaitu ciri-ciri ilmiah (scientific knowledge)
Semua ilmu berasal dari filsafat, mulanya filsafat ada dua, yaitu filsafat alam dan moral. Filsafat alam menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral menjadi rumpun ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Kelompok ilmu-ilmu alam berkembang cepat, ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat.
Disamping itu juga kita mengenal adanya ilmu murni dan ilmu terapan, dimana perbedaannya dapat dikemukakan sebagai berikut:
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
Ilmu pendidikan merupakan ilmu sosial terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep psikologi, antropologi dan sosiologi. Demikan pula manajemen, menerapkan konsep psikologi, ekonomi, antropologi dan sosiologi.
Ilmu murni maupun ilmu terapan semuanya merupakan ilmu yang otonom, yang masing-masing disiplin ilmu dibedakan oleh objek materi dan/atau objek formalnya. Dengan demikian perkembangan ortopedagogik sejak kelahirannya hingga menjadi disiplin ilmu yang otonom diharapkan dapat dilakukan. Adapun perkembangan ortopedagogik tersebut dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1)         Ortopedagogik sebagai aplikasi teori-teori disiplin ilmu lain (bukan sebagai ilmu terapan yang otonom)
Pada mulanya ortopedagogik bukan merupakan suatu disiplin ilmu karena hanya merupakan aplikasi dari teori-teori disiplin ilmu tertentu, terutama ilmu kedokteran dan psikologi.
Kecacatan, atau kelainan pada mulanya dianggap suatu penyakit, sehingga apabila ada individu yang mengalami kelainan atau kecacatan selalu dibawa ke dokter atau psikolog. Namun para dokter dan psikolog menyadari mereka bahwa mereka berhadapan dengan masalah pendidikan, yang berada di luar objek formal atau objek ontologis disiplin ilmu mereka. Dalam hal ini mereka memerlukan bantuan ahli lain sebagai bagian teknik penyembuhan dalam ilmu kedokteran dan psikologi, oleh karena itu ortopedagogik belum dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang otonom.
2)         Ortopedagogik sebagai bagian dari pedagogik
Para dokter maupun psikolog dalam menjalankan profesionalnya sering berhadapan dengan masalah-masalah pendidikan. Masalah tersebut sering mereka hadapi karena kondisi kesehatan manusia sering berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh sebelumnya sehingga diperlukan teknik penyembuhan yang bersifat mendidik. Dalam ilmu-ilmu kedokteran dan psikologi tidak dipelajari ilmu mendidik, dengan demikian ketika anak berkelainan ditangani oleh dokter atau psikolog, kurang tepat. Penanganan anak berkelainan masalah pendidikannya lebih tepat oleh pendidik.
Dengan demikian sebagai bagian dari ilmu pendidikan maka ortopedagogik pada tahap ini menggunakan analisis keilmuannya tidak lagi berdasarkan asumsi dalam ilmu kedokteran atau psikologi (juga sosiologi) tetapi menggunakan asumsi dalam ilmu pendidikan atau pedagogik, yaitu manusia sebagai makhluk yang harus dan dapat dididik atau animal educandum.
3)         Ortopedagogik sebagai disiplin ilmu yang otonom.
Saat ini ilmu telah berkembang dengan sangat pesat, demikian juga dengan ilmu pendidikan. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan dari para ilmuwan untuk melakukan spesialisasi telaah kajiannya agar diperoleh tingkat analisis yang lebih tajam dan lebih seksama. Kecenderungan semacam itu juga melanda para ilmuwan dalam bidang pendidikan bagi anak berkelainan untuk menjadikan ortopedagogik sebagai disiplin ilmu yang otonom. Adapun persyaratan untuk menjadi disiplin ilmu yang otonom tersebut sudah ada, yaitu adanya bidang telaah khusus atau objek ontologis berupa situasi pendidikan anak luar biasa. Objek ontologis ortopedagogik adalah situasi pendidikan dari anak yang memiliki hambatan dalam mencapai kedewasaannya.
Yang dimaksud dengan kedewasaan bukan berarti hanya kedewasaan bilogis saja, namun juga kedewasaan mental, dan moral-sosial.
c.      Ilmu-ilmu Penunjang Ortopedagogik
Ilmu penunjang Ortopedagogik adalah disiplin ilmu yang memungkinkan untuk menjalin kerjasama multidisipliner dengan ortopedagogik dalam memecahkan masalah pendidikan anak luar biasa. Ilmu-ilmu tersebut tetap otonom dan bertolak dari asumsi dan bidang telaah atau objek ontologis masing-masing.
Berbagai disiplin ilmu yang sering terlibat dalam kerjasama multidisipliner untuk memecahkan masalah pendidikan anak luar biasa adalah ilmu kedokteran (neurologi, psikiatri, pediatri), biologi (anatomi, genetika), psikologi dan sosiologi. 
d.     Hubungan ilmu pendidikan luar biasa dengan ilmu lain
1)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Pendidikan
Hubungan antara ilmu pendidikan dengan ortopedagogik tidak dapat dipisahkan satu sama lain, berhasilnya pendidikan anak luar biasa karena adanya ilmu pendidikan luar biasa (ortopedagogik), dan sebaliknya ortopedagogik merupakan sarana/jalan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Didaktik
Dalam ilmu pendidikan luar biasa (ortopedagogik) sangat diperlukan didaktik yang tepat, sesuai dengan kemampuan peserta didiknya. Cara yang kurang tepat atau salah dalam memberikan pelayanan/pendidikan akan mengakibatkan hambatan yang akhirnya merugikan perkembangan anak itu sendiri. Dengan demikian, maka ortopedagogik tidak dapat dipisahkan dari didaktik khusus.
3)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Psikologi
Faktor psikologis sangat menunjang program kerja ortopedagogik, sehingga antara bidang psikologi dengan ortopedagogik satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
4)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Ilmu Kedokteran
Pelaksanaan ortopedagogik dengan bidang kedokteran harus saling menunjang. Keberhasilan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak terlepas dari usaha-usaha bantuan bidang kedokteran/medis.
5)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Sosiologi
Ortopedagogik memerlukan faktor-faktor yang menunjang pengembangan sosialisasi sehingga pelaksanaan pelayaan menjadi tuntas tanpa hambatan/rintangan yang disebabkan oleh faktor penyesuaian sosial.
6)      Hubungan antara Ortopedagogik dengan Antropologi
Antropologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang manusia. Hubungannya dengan ortopedagogik adalah berkaitan satu sama lain dalam hal keberadaan manusia berdasarkan latar belakang sosial budaya yang mengacu kepada upaya penyampaian pesan-pesan pendidikan